the best arabic songs

Monday 20 February 2012

Panduan Pernikahan Islami

Bismillahirrahmaanirrahiim


::::::... • Aqad Nikah

Dalam aqad nikah ada beberapa syarat, rukun dan kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu adanya:

1. Rasa suka sama suka dari kedua calon mempelai
2. Izin dari wali
3. Saksi-saksi (minimal dua saksi yang adil)
4. Mahar
5. Ijab Qabul

::::::... • Wali
Yang dikatakan wali adalah orang yang paling dekat dengan si wanita. Dan orang paling berhak untuk menikahkan wanita merdeka adalah ayahnya, lalu kakeknya, dan seterusnya ke atas. Boleh juga anaknya dan cucunya, kemudian saudara seayah seibu, kemudian saudara seayah, kemudian paman. [Al-Mughni (IX/129-134), cet. Darul Hadits].

Ibnu Baththal rahimahullaah berkata, “Mereka (para ulama) ikhtilaf tentang wali. Jumhur ulama di antaranya adalah Imam Malik, ats-Tsauri, al-Laits, Imam asy-Syafi’i, dan selainnya berkata, “Wali dalam pernikahan adalah ‘ashabah (dari pihak bapak), sedangkan paman dari saudara ibu, ayahnya ibu, dan saudara-saudara dari pihak ibu tidak memiliki hak wali.” [Fat-hul Baari (IX/187)]

Disyaratkan adanya wali bagi wanita. Islam mensyaratkan adanya wali bagi wanita sebagai penghormatan bagi wanita, memuliakan dan menjaga masa depan mereka. Walinya lebih mengetahui daripada wanita tersebut. Jadi bagi wanita, wajib ada wali yang membimbing urusannya, mengurus aqad nikahnya. Tidak boleh bagi seorang wanita menikah tanpa wali, dan apabila ini terjadi maka tidak sah pernikahannya.


::::::... • Keharusan Meminta Persetujuan Wanita Sebelum Pernikahan

Apabila pernikahan tidak sah, kecuali dengan adanya wali, maka merupakan kewajiban juga meminta persetujuan dari wanita yang berada di bawah perwaliannya. Apabila wanita tersebut seorang janda, maka diminta persetujuannya (pendapatnya). Sedangkan jika wanita tersebut seorang gadis, maka diminta juga ijinnya dan diamnya merupakan tanda ia setuju. [Dinukil secara ringkas dari kitab al-Mughni (IX/119), cet. Darul Hadits-Kairo, th. 1425 H, tahqiq Dr. Muhammad Syarafuddin dan Dr. As-Sayyid Muhammad as-Sayyid].

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang janda tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta perintahnya. Sedangkan seorang gadis tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta ijinnya.” Para Shahabat berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah ijinnya?” Beliau menjawab, “Jika ia diam saja.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5136), Muslim (no. 1419), Abu Dawud (no. 2092), at-Tirmidzi (no. 1107), Ibnu Majah (no. 1871) dan an-Nasa-i (VI/86).].


::::::... • Mahar
“Dan berikanlah mahar (maskawin) kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan.” [An-Nisaa’ : 4]

Mahar adalah sesuatu yang diberikan kepada isteri berupa harta atau selainnya dengan sebab pernikahan.

Mahar (atau diistilahkan dengan mas kawin) adalah hak seorang wanita yang harus dibayar oleh laki-laki yang akan menikahinya. Mahar merupakan milik seorang isteri dan tidak boleh seorang pun mengambilnya, baik ayah maupun yang lainnya, kecuali dengan keridhaannya.

Syari’at Islam yang mulia melarang bermahal-mahal dalam menentukan mahar, bahkan dianjurkan untuk meringankan mahar agar mempermudah proses pernikahan.

Seandainya seseorang tidak memiliki sesuatu untuk membayar mahar, maka ia boleh membayar mahar dengan mengajarkan ayat Al-Qur’an yang dihafalnya. [Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5087) dan Muslim (no. 1425).].


::::::... • Khutbah Nikah

Menurut Sunnah, sebelum dilangsungkan akad nikah diadakan khutbah terlebih dahulu, yang dinamakan Khutbatun Nikah atau Khutbatul Hajat. [Lihat kitab Khutbatul Haajah oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Maktabah al-Ma’arif, th. 1421 H, dan Syarah Khutbah Haajah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, takhrij wa ta’liq Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, cet. Daarul Adh-ha, th. 1409 H.].

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” [Ali ‘Imran : 102]

"Wahai manusia! Bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertaqwalah kepada Allah yang dengan Nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguh-nya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” [An-Nisaa' : 1]

Khutbah ini dinamakan khutbatul haajah, yaitu khutbah pembuka yang biasa dipergunakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk mengawali setiap majelisnya. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan khutbah ini kepada para Shahabatnya radhiyallaahu ‘anhum. Khutbah ini diriwayatkan dari enam Shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (I/392-393), Abu Dawud (no. 1097 dan 2118), an-Nasa-i (III/104-105), at-Tirmidzi (no. 1105), Ibnu Majah (no. 1892), al-Hakim (II/182-183), ath-Thayalisi (no. 336), Abu Ya’la (no. 5211), ad-Darimi (II/142) dan al-Baihaqi (III/214 dan VII/146), dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu.

***

[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Putaka A-Taqwa Bogor - Jawa Barat, Cet Ke II Dzul Qa'dah 1427H/Desember 2006]

8 Pintu Setan dalam Menyesatkan Manusia

.
بسم الله والحمد لله وصلى الله على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهداه، أما بعد

Hati adalah ibarat sebuah benteng. Setan sebagai musuh kita selalu ingin memasuki benteng tersebut. Setan senantiasa ingin memiliki dan menguasai benteng itu. Oleh karena itu perlu mengetahui Pintu-pintu
Cara setan untuk masuk.


Pintu pertama:

Ini adalah pintu terbesar yang akan dimasuki setan yaitu HASAD (dengki) dan tamak. Jika seseorang begitu tamak pada sesuatu, ketamakan tersebut akan membutakan, membuat tuli dan menggelapkan cahaya kebenaran, sehingga orang seperti ini tidak lagi mengenal jalan masuknya setan. Begitu pula jika seseorang memiliki sifat hasad, setan akan menghias-hiasi sesuatu seolah-olah menjadi baik sehingga disukai oleh syahwat padahal hal tersebut adalah sesuatu yang mungkar.

Pintu kedua:

Ini juga adalah pintu terbesar yaitu MARAH. Ketahuilah, marah dapat merusak akal. Jika akal lemah, pada saat ini tentara setan akan melakukan serangan dan mereka akan menertawakan manusia. Jika kondisi kita seperti ini, minta perlindunganlah pada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذا غضب الرجل فقال : أعوذ بالله سكن غضبه

“Jika seseorang marah, lalu dia mengatakan: a’udzu billah (aku berlindung pada Allah), maka akan redamlah marahnya.” (As Silsilah Ash Shohihah no. 1376)

Pintu ketiga:

Yaitu sangat suka menghias-hiasi tempat tinggal, pakaian dan segala perabot yang ada. Orang seperti ini sungguh akan sangat merugi karena umurnya hanya dihabiskan untuk tujuan ini.

Pintu keempat:

Yaitu kenyang karena telah menyantap banyak makanan. Keadaan seperti ini akan menguatkan syahwat dan melemahkan untuk melakukan ketaatan pada Allah. Kerugian lainnya akan dia dapatkan di akhirat sebagaimana dalam hadits:

فَإِنَّ أَكْثَرَهُمْ شِبَعًا فِى الدُّنْيَا أَطْوَلُهُمْ جُوعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sesungguhnya orang yang lebih sering kenyang di dunia, dialah yang akan sering lapar di hari kiamat nanti.” (HR. Tirmidzi. Dalam As Silsilah Ash Shohihah)

Pintu kelima:

Yaitu tamak pada orang lain. Jika seseorang memiliki sifat seperti ini, maka dia akan berlebih-lebihan memuji orang tersebut padahal orang itu tidak memiliki sifat seperti yang ada pada pujiannya. Akhirnya, dia akan mencari muka di hadapannya, tidak mau memerintahkan orang yang disanjung tadi pada kebajikan dan tidak mau melarangnya dari kemungkaran.

Pintu keenam:

Yaitu sifat selalu tergesa-gesa dan tidak mau bersabar untuk perlahan-lahan. Padahal terdapat sebuah hadits dari Anas, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro)

Pintu ketujuh:

Yaitu cinta harta. Sifat seperti ini akan membuat berusaha mencari harta bagaimana pun caranya. Sifat ini akan membuat seseorang menjadi bakhil (kikir), takut miskin dan tidak mau melakukan kewajiban yang berkaitan dengan harta.

Pintu kedelapan:

Yaitu selalu berburuk sangka terhadap muslim lainnya. Jika seseorang selalu berburuk sangka (bersu’uzhon) pada muslim lainnya, pasti dia akan selalu merendahkannya dan selalu merasa lebih baik darinya. Seharusnya seorang mukmin selalu mencari udzur dari saudaranya. Berbeda dengan orang munafik yang selalu mencari-cari ‘aib orang lain.

Semoga kita dapat mengetahui pintu-pintu ini dan semoga kita diberi taufik oleh Allah untuk menjauhinya. AAmiin

Rujukan: Mukhtashor Minhajul Qoshidin, Ibnu Qudamah Al Maqdisiy

Akibat CHATTING

Bismillahirrahmaanirrahiim...

*kisah lama dari banyak sumber, ada yang belum pernah membacanya?*

::::. Aku seorang gadis dari keluarga taat beragama dan ternama. Aku dididik di atas akhlak dan pendidikan Islam. Aku bukan gadis rendahan atau pencari hiburan. Aku tidak membayangkan suatu hari di mana aku melakukan perbuatan yang mengundang murka Allah. Aku menikah dengan seorang laki-laki yang dihormati. Dia mencintaiku dan aku mencintainya. Dia sangat mempercayaiku, sangat memanjakanku. Bahkan ke­luargaku dan beberapa kerabat mengakui bahwa aku sangat dimanjakan oleh suami. Kemanjaan yang belum pernah didapatkan oleh seorang istri di manapun.

::::. Aku tidak pernah ingat bahwa aku pernah me­minta sesuatu kepada suami, tapi dia menolaknya dengan mengatakan’tidak’. Semua yang aku minta, dia penuhi. Sampai tibalah hari ketika aku memintanya memasang internet.

::::. Pertama kali dia menjawab, “Menurutku, itu kurang baik dan kurang cocok bagimu, karena kamu telah bersuami.” Tapi aku berhasil membujuknya, dan dia pun menghadirkannya. Aku bersumpah kepadanya tidak akan menyalahgunakannya.

Dia setuju. (Seandai­nya saja dia tidak setuju). Aku masuk dunia internet dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Suamiku pergi bekerja dan aku mejelajahi internet setiap hari. Kadang-kadang juga ketika dia ada di rumah. Dia tidak pernah bertanya apa yang aku lakukan, karena dia percaya kepadaku.

Hari berlalu… seorang temanku pengguna internet menceritakan kepadaku tentang chatting. Dia berka­ta kepadaku bahwa itu sangat mengasyikkan. Orang orang saling berbicara selama berjam-jam tanpa terasa. Pertama kali aku hanya menganggapnya perbincangan sambil lalu. Saat itulah aku mengenal seseorang. Kami setiap hari chatting. Orang ini berakhlak mulia. Belum pernah aku menemukan orang seperti dia di antara orang-orang yang chatting denganku. Berjam-jam aku dan dia chatting.

Suamiku menghampiriku, melihatku dan dia marah karena waktuku habis hanya di depan internet. Walaupun aku mencintai suamiku clan aku belum meli­hat cinta seperti cintaku kepadanya. Akan tetapi aku juga mengagumi, hanya mengagumi, orang yang ber­bincang denganku lewat chatting.

Dengan berjalannya waktu kekagumanku kepa­danya berubah menjadi cinta yang mengalahkan cinta­ku kepada suamiku. Aku berlari dari kemarahan suami­ku ke internet untuk berbincang kepadanya. Dalam satu kesempatan, aku kehilangan kontrol. Aku bertengkar dengan suamiku. Akibatnya dia memutus internet dan mengeluarkan komputer dari rumah.

Aku marah kepada suamiku, karena untuk pertama kalinya dia marah kepadaku. Aku membalasnya dengan memutuskan untuk berbicara dengan orang itu melalui telepon. Padahal sebelumnya aku telah meno­laknya, meski berkali-kali dia meminta itu kepadaku.

Di malam yang sial itu aku meneleponnya. Aku berbicara dengannya. Inilah awal pengkhianatanku ke­pada suamiku. Setiap suami keluar, aku langsung menelepon dan berbicara dengannya.

Dia berjanji menikahiku, jika suamiku mencerai­kanku. Dia meminta, bahkan ngotot, bertemu dengan­ku. Akhirnya aku terseret oleh keinginannya, aku mene­muinya. Bahkan sering, sampai aku terjerumus ke da­lam dosa istri terbesar kepada suaminya.

Terjalinlah hubungan haram di antara kami. Aku benar-benar mencintainya. Aku putuskan untuk me­minta cerai kepada suamiku. Suamiku bertanya, ada apa? Semakin banyak masalah antara aku dan suamiku. Aku tidak tahan dan aku semakin membencinya.

Selanjutnya, suamiku mulai mencurigaiku dan menyelidiki urusanku. Suatu ketika dia menemukan bukti bahwa aku telah berbicara dengan seorang laki-­laki melalui telepon. Dia menginterogasiku, dan akhir­nya aku mengakui hal yang sebenarnya. Aku berkata, “Aku tidak menginginkannya dan benci hidup bersama-nya.“

Walaupun demikian suamiku tetap bersikap baik kepadaku. Dia tidak membuka aibku atau melaporkan­nya kepada keluargaku. Dia berkata kepadaku. “Aku mencintaimu. Aku tidak bisa terus begini bersamamu, wahai anak manusia. Semoga Allah menutup kesalahan kita dan kesalahanmu. Akan tetapi kamu harus mengatakan kepada keluargamu, bahwa kamulah yang tidak ingin hidup bersamaku.”

Aku membencinya hanya karena persoalan sepele seputar internet. Dia bukanlah orang yang memperlaku­kanku dengan buruk, bukan orang yang bakhil kepada­ku dan tidak pernah melalaikan apapun terhadapku. Hanya karena dia mengatakan, “Aku tidak ingin ada internet di rumahku.” Aku lalu membencinya.

Sungguh, aku telah buta. Aku tidak mengetahui semua, itu kecuali ketika nasi telah menjadi bubur. Aku kembali kepada laki-laki selingkuhanku itu. Kami terus bertemu dan bermain.

Dia tidak melamarku, maka kami bertengkar. Aku katakan kepadanya, “Jika kamu tidak melamarku, maka aku akan meninggalkanmu.”

Dengan tenang dia menja­wab,

“Wanita tolol, bagaimana kamu percaya ketika aku berkata kepadamu bahwa aku tidak bisa mengenal se­lainmu. Dan aku bersumpah aku tidak pernah bertemu dengan wanita yang lebih manis darimu. Kamulah wanita termanis yang pernah aku jumpai dalam hidup­ku. Kedua… seandainya aku menikah, maka aku tidak akan menikahi wanita yang mengenal orang lain selain diriku, atau seorang wanita yang aku kenal melalui cara yang salah, seperti chatting. Lebih-lebih wanita berumur dan berakal sepertimu. Seandainya aku berpikir untuk menikah melalui chatting, niscaya aku akan memilih gadis remaja yang bisa aku bentuk sesuai keinginanku. Bukan sepertimu, yang sudah bersuami dan berani mengkhianati suaminya.”

Aku bersumpah kepada kalian, itulah kata-kata­nya. Ucapannya aku menukilkan kepada kalian, seperti dia mengatakannya kepadaku. Aku tidak berbohong. Tidak menambah dan tidak pula mengurangi, tidak satu kata pun. Aku sekarang sangat bingung. Sering aku ber­pikir untuk bunuh diri. Aku memohon kepada Allah agar memberikan petunjuk dan menjauhkanku dari jalan kegelapan.

Nasihatku kepada seluruh ukhti muslimah, agar kalian menjaga apa yang telah kalian cintai. Jangan tertipu oleh bualan banyak pemuda yang mengambil kesempatan melalui chatting untuk menjerumuskan para gadis, bahkan para wanita yang telah bersuami. Hal ini lebih mudah bagi mereka daripada pembicaraan jorok di pasar, sekaligus sebagai peluang besar untuk menjerat para wanita demi memenuhi nafsu mereka.

Kenyataannya kadang-kadang gelap dan samar. Beginilah apabila kedunguan, kerendahan serta mengi­kuti hawa nafsu berkumpul dalam satu pihak, ditambah kelicikan dan keburukan di pihak lain.

Marilah kita berdoa kepada Allah agar membe­baskannya dari kesulitannya dan menerima taubatnya. Sesungguhnya taubat Allah itu tidak berbatas dan meliputi segala sesuatu. Kita juga mendoakan laki-laki itu agar menghapus kesalahannya dan kembali ke jalan yang lurus, karena Allah memberi kesempatan dan tidak melalaikan.

Dan barangsiapa tidak bertaubat kepada-Nya dengan segera sebelum kematian menjem­putnya, maka bisa saja Allah mengujinya pada dirinya atau kehormatanya di dunia, atau Allah menunda adzabnya di Akhirat. Dalam hal ini keduanya sama?sama merugikan. “‘ [Website Muntada ats-Tsurayya]

(Sumber: Buku ”Korban Lelaki Hidung Belang”, Khalid Abu Shalih, Penerbit Elba, Hal.194-199.)

Kunci-kunci Pembuka Pintu Rezeki

1.Membaca لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Abu Hurairah ra meriwayatkan, Rasulullah bersabda," Barang siapa yang Allah pakaikan baginya kenikmatan hendaklah banyak mengucapkan alhamdulillah. Barang siapa yang banyak dosanya hendaklah beristighfar kepada Allah. Dan barang siapa yang lambat datang rezekinya hendaklah banyak mengucapkan lâ hawla walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." (HR. al-Thabrani di al-Awsath)

Asad Ibn Wâdi’ah meriwayatkan, Nabi bersabda," Barang siapa mengucapkan lâ hawla walâ quwwata illâ billâhil ’aliyyil ’azhîm (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung) sebanyak 100 X setiap hari maka tidak akan tertimpa kefakiran selamanya." (HR. Ibn Abi al-Dunyâ)


2. Membaca لا إله إلا الله الملك الحق المبين

Abu al-Nu’aim meriwayatkan dari Malik bin Anas dan al-Dailami dalam musnad al-Firdaus dari ’Ali, Nabi bersabda," Barang siapa setiap hari membaca lâ ilâha illallâh al-malikul haqqul mubîn (tidak ada tuhan selain Allah yang Maha Benar lagi Maha Nyata) sebanyak 100 X, maka bacaan itu akan menjadi keamanan dari kefakiran dan menjadi penenteram dari rasa takut dalam qubur." (HR. Abu Nu’aim dan al-Dailami)


3. Melanggengkan (dawam) beristighfar

Ibn ’Abbas meriwayatkan, Rasulullah bersabda," Barang siapa melanggengkan istighfar (astaghfirullâh=aku mohon ampunan kepada Allah) niscaya Allah melapangkan segala kesempitan hidupnya, mengeluarkan ia dari segala kesusahan dan memberikan ia rezeki dari arah yang tidak diduganya." (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah)


4. Membaca surat al-Ikhlas ketika masuk rumah

Ibn Mas’ud meriwayatkan, Rasulullah bersabda," Barang siapa yang membaca qul huwallâhu ahad…(surat al-Ikhlas) ketika masuk rumah maka (berkah bacaan) menghilangkan kefakiran dari penghuni rumah dan tetangganya."(HR. al-Thabrani)


5. Membaca surat al-Waqi’ah setiap malam

Ibn Mas’ud meriwayatkan: Aku mendengar Rasulullah bersabda," Barang siapa membaca surat al-Waqi’ah setiap malam maka tidak akan ditimpa kesempitan hidup." (HR. al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman)

Anas meriwayatkan, Rasulullah bersabda," Surat al-Waqi’ah adalah surat kaya karena itu bacalah dan ajarkanlah surat itu pada anak-anak kalian."(HR. Ibn Mardawiyyah)


6. Memperbanyak shalawat atas Nabi

Ubay bin Ka’ab meriwayatkan: Bila telah berlalu sepertiga malam Rasulullah saw berdiri seraya bersabda," Wahai manusia, berdzikirlah mengingat Allah, berdzikirlah mengingat Allah. Akan datang tiupan (sangkakala kiamat) pertama kemudian diiringi tiupan kedua. Akan datang kematian dan segala kesulitan yang ada di dalamnya."

Berkata Ubay," Wahai Raulullah, aku memperbanyak bershalawat atasmu, lantas berapa kadar banyaknya shalawat yang sebaiknya aku lakukan?"
Beliau menjawab," Berapa banyaknya terserah padamu."
Ubay berkata," Bagaimana kalau seperempat (dari seluruh doa yang aku panjatkan)?"
Beliau menjawab," Terserah padamu. Tetapi jika engkau menambah maka akan lebih baik lagi."
Ubay berkata," Bagaimana jika setengah?"
Beliau menjawab," Terserah padamu, tatapi jika engkah menambah maka akan lebih baik lagi."
Ubay berkata," Bagaimana jika duapertiga?"
Beliau menjawab,"Terserah padamu, tetapi jika engkau menambah maka akan lebih baik lagi."
Ubay berkata," Kalau demikian maka aku jadikan seluruh doaku adalah shalawat untukmu."
Bersabda Nabi," Jika demikian halnya maka akan tercukupi segala keinginanmu dan diampuni segala dosamu."


7. Membaca

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Ibn ’Umar meriwayatkan: Seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah," Wahai Rasulullah, dunia telah berpaling dariku sedangkan dayaku pun lemah." Maka Rasulullahpun bersabda," Mengapa engkau tidak menggunakan shalat para malaikat dan tasbih segenap mahluk yang dengan itu mereka diberikan rezeki?" Laki-laki itu bertanya," Apakah itu, wahai Rasulullah?"

Beliau bersabda," Katakanlah: subhânallâh wa bihamdihî, subhânallâhil ’azhîm, astaghfirullâh (maha suci Allah dan pujian bagi-Nya, maha suci Allah yang Maha Agung, aku mohon ampunan kepada Allah) sebanyak 100x di antara waktu terbit fajar sampai shalat subuh. Maka dunia akan datang kepadamu dengan sendirinya dan Allah Azza wa Jalla menciptakan dari setiap kalimat itu seorang malaikat yang bertasbih kepada Allah Ta’ala sampai hari kiamat yang pahala tasbihnya itu diberikan untukmu." (HR. al-Mustaghfiri dalam al-Da’awât, dinukilkan dari Ihyâ Ulûmiddin al-Ghazali)

Allahu'alam,,
Sumber : Dzikir & Doa

Baitii Jannatii

Bismillahirrahmaanirrahiim


Kita semua tentu mengharapkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, kita harus mulai membangun jalan kebahagiaan itu dari lingkup diri pribadi dan rumah tangga kita. Dalam upaya meniti kebahagiaan keluarga kita, ada beberapa hal yang harus kita sadari dan mengupayakan terwujudnya hal tersebut dalam rumah kita, antara lain;

::::.. Kita Harus Menyadari bahwa Rumah Adalah Nikmat.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal.” (QS. An-Nahl : 80).

Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata, “Allah Ta’ala menyebutkan kesempurnaan nikmatNya atas hambaNya, dengan apa yang Dia jadikan bagi mereka rumah-rumah yang merupakan tempat tinggal mereka. Mereka kembali kepadanya, berlindung dan memanfaatkannya dengan berbagai macam manfaat.” (Tafsir Ibnu Katsir, cet. Daarusy Sya’bi, 4/509)

Banyak sekali kegunaan rumah bagi seseorang. Ia adalah tempat makan, tidur, istirahat, dan berkumpul dengan keluarga, isteri dan anak-anak, juga tempat melakukan kegiatan yang paling pribadi dari masing-masing anggota keluarga. Allah berfirman, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al-Ahzab : 33)

Jika kita renungkan keadaan orang-orang yang tidak memiliki rumah, yakni orang-orang yang hidup di pengasingan, di emper-emper jalan serta para pengungsi yang terusir di perkemahan-perkemahan sementara, niscaya kita memahami benar nikmatnya ada di rumah.

Tentu kita akan terenyuh dan haru mendengar orang misalnya dia mengatakan, “Saya tidak punya tempat tinggal tetap, terkadang saya tidur di rumah si Fulan, terkadang di kedai kopi, kebun atau di pantai, lemari bajuku ada di dalam mobil”. Dengan demikian kitapun akan memahami makna keberserakan karena tidak memiliki tempat tinggal atau rumah.

Ketika Allah menyiksa orang-orang Yahudi Bani Nadhir, Allah mengambil dari mereka nikmat rumah ini, Allah mengusir mereka dari kampung halaman mereka. Allah berfirman, “Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung-kampung pada saat pengusiran pertama kali.” (QS. Al-Hasyr: 2).

Kemudian firman-Nya, “Mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan.” (QS. Al-Hasyr : 2)



:::::.. Yang Mendorong Seorang Muslim Untuk Memperhatikan ISHLAH (Perbaikan) Rumahnya :

1. Hendaknya kita semua berupaya untuk menjaga diri dan keluarga dari Api Neraka Jahannam dan selamat dari siksa yang menyala-nyala. Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim : 6)

2. Besarnya tanggung jawab yang dibebankan terhadap pemimpin rumah di hadapan Allah pada hari perhitungan. Dari Anas , bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala akan meminta pertanggung jawaban kepada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaga kepemimpinannya atau melalaikannya, sehingga seorang laki-laki ditanya tentang anggota keluarganya.” (Hadits Hasan, diriwayatkan oleh An-Nasa’i dalam Isyratun Nisaa’, hadits no 292)

Rumah adalah tempat menjaga diri dan keselamatan dari berbagai kejahatan dan menolak dari bahaya manusia lain; rumah adalah tempat perlindungan ketika terjadi fitnah. Rasulullah bersabda, “Beruntunglah orang yang menguasai lisannya dan lapang rumahnya serta menangis atas kesalahannya.” (Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Ausath dari Tsauban dan terdapat dalam Shahihul Jami’, no.3824)

Dan Nabi juga bersabda bersabda, “Lima hal yang barangsiapa mengerjakan salah satu daripadanya maka ia akan mendapat jaminan dari Allah Ta’ala. Yaitu : orang yang menjenguk orang sakit, orang yang pergi berperang, atau orang yang masuk kepada pemimpinnya dengan maksud menegurnya atau mengingatkannya, atau ia duduk di rumahnya sehingga orang-orang selamat dari (ganggguan)nya dan ia selamat dari (gangguan) mereka.” (HR. Ahmad 5/241)

Dari Abu Musa, bahwa Rasulullah juga menyatakan, “Keselamatan seseorang dalam fitnah yaitu ia senantiasa mendiami rumahnya.” (Shahihul Jami’ no.3543)

Orang muslim akan merasakan faedah ini ketika ia dalam keadaan terasing, saat ia tidak bisa mengubah kemungkaran-kemungkaran yang ada, maka dia memiliki tempat berlindung ketika kembali ke rumahnya. Rumah itu akan menjaga dirinya dari perbuatan dan pandangan yang dilarang, menjaga isterinya dari tabarruj (pamer kecantikan dan hiasan) serta menjaga anak-anaknya dari teman-teman yang jahat.



::::::... Aspek Keimanan Di Dalam Rumah.

Dari sebuah rumah yang Islami akan lahir penopang-penopang perbaikan bagi masyarakat, berupa da’i-da’i teladan, penuntut ilmu, mujahid yang sesungguhnya, isteri shalihah, ibu pendidik dari unsur pembangun kebaikan lainnya. Jika sedemikian penting problem tersebut, sementara rumah-rumah kita penuh dengan kemungkaran dan kelalaian, meremehkan dan melampaui batas, maka dari sini timbul tanda tanya besar, “Bagaimana cara membentuk rumah tangga yang Islami?” Aspek keimanan perlu kita tumbuhkan dalam rumah, yang antara lain adalah:

1. Jadikanlah Rumah sebagai TEMPAT DZIKRULLAH (Mengingat Allah). Rasulullah bersabda, “Perumpamaan rumah yang di dalamnya ada dzikrullah, dan rumah yang tidak ada dzikrullah di dalamnya adalah (laksana) perumpamaan antara yang hidup dengan yang mati.” (HR. Muslim 1/539)

Karena itu rumah harus dijadikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai macam dzikir, baik itu dzikir dalam hati maupun dengan lisan, shalat, atau membaca shalawat dan Al-Qur’an, atau mempelajari ilmu-ilmu agama, atau membaca buku-buku lain yang bermanfaat.


2. Jadikan Rumahmu sebagai KIBLAT. Maksudnya, menjadikan rumah sebagai tempat beribadah. Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: “Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu sebagai kiblat dan dirikanlah shalat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 87)

Ibnu Abbas berkata, “Maksud disuruh menjadikan rumah-rumah mereka sebagai kiblat yaitu mereka diperintahkan menjadikan rumah-rumah itu sebagai tempat beribadah”. Dan Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata, “Hal ini seakan-akan -Wallahu a’lam- ketika siksaan dan tekanan Fir’aun beserta kaumnya semakin menjadi-jadi atas mereka, maka mereka disuruh untuk memperbanyak shalat sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”. (QS. Al-Baqarah: 153). Dalam sebuah hadits, “Apabila Rasulullah menghadapi suatu kesulitan, maka beliau melakukan shalat.” (Tafsir Ibnu Katsir, 4/224)

Hal ini menegaskan betapa pentingnya ibadah di dalam rumah-rumah, terutama dalam waktu-waktu lemah dan tertindas, demikian pula dalam beberapa kesempatan manakala umat Islam tidak mampu menampakkan shalat mereka di hadapan orang-orang kafir. Dalam hal ini kita juga perlu mengenang kembali mihrab Maryam, yakni tempat peribadatan beliau, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala, “Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di Mihrab ia dapati makanan di sisinya.” (QS. Ali lmran : 37)

Para sahabat juga amat memperhatikan masalah shalat di dalam rumah mereka selain shalat fardhu. Sebuah kisah di bawah ini menarik sebagai pelajaran bagi kita, “Dari Mahmud bin Ar-Rabi’ Al-Anshari, bahwasanya ‘Itban bin Malik (salah seorang sahabat Rasulullah yang ikut serta dalam perang Badar, dari kaum Anshar), ia datang kepada Rasulullah lalu berkata, “Wahai Rasulullah!, pandanganku telah menipu tapi aku tetap shalat bersama kaumku, apabila turun hujan, mengalirlah air di lembah (yang memisahkan) antara aku dengan mereka sehingga aku (tak) bisa datang ke masjid mereka dan shalat bersama-sama, aku sangat ingin wahai Rasulullah, jika engkau datang kepadaku dan shalat di dalam rumahku sehingga aku menjadikannya sebagai mushalla (tempat shalat)”. Ia berkata, “Maka Rasulullah bersabda kepadanya, “Akan aku lakukan Insya Allah”. ‘Itban berkata, “Maka berangkatlah Rasulullah dan Abu Bakar ketika siang (nampak) meninggi, maka Rasulullah meminta izin, lalu aku mengizinkan kepada beliau, beliau tidak duduk sebelum masuk ke dalam rumah, lalu Nabi berkata, “Di bagian mana engkau suka aku melakukan shalat dari rumahmu?” . ‘Itban berkata: “Maka aku tunjukkan kepada beliau suatu arah dari rumahku, maka Rasulullah berdiri kemudian bertakbir, lalu kami semua berdiri membentuk barisan, dan Nabi shalat dua rakaat kemudian salam.”


3. PENDIDIKAN Keimanan untuk Anggota Keluarga. Dari ‘Aisyah -radhiallahu’anha- ia berkata, “Suatu ketika Rasullah , mengerjakan shalat malam, ketika akan witir beliau mengatakan, “Bangunlah, dan dirikanlah shalat witir wahai Aisyah!” Allah mengasihi laki-laki yang bangun malam kemudian shalat lalu membangunkan isterinya sehingga shalat, jika tidak mau ia memerciki wajahnya dengan air.” (HR. Muslim 6/23)

Membiasakan dan menganjurkan para isteri dengan sedekah adalah sesuatu yang bisa menambah iman, ia adalah perkara agung yang dianjurkan oleh Rasulullah dengan sabdanya, “Wahai segenap wanita, bersedekahlah kalian. Sesungguhnya aku melihat bahwa kalian adalah sebanyak-banyak penduduk Neraka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud; Shahihul jami’, hadits no.3488)



4. Perhatian pada DOA-DOA yang disyari’atkan dan sunnah-sunnah yang berkaitan dengan rumah

a. Do’a masuk rumah: Rasulullah bersabda, “Jika seorang laki-laki masuk ke dalam rumahnya kemudian menyebut nama Allah Ta’ala (membaca “bismillah”) ketika dia masuk dan ketika makan, setan berkata: “Kamu tidak punya (jatah) tempat tidur dan tidak pula (jatah) makan di sini.” Dan jika ia masuk dan tidak menyebut nama Allah ketika ia masuk, maka setan berkata: “Kamu mendapatkan (jatah) tempat tidur”. Dan jika tidak menyebut nama Allah ketika makan, setan berkata: “Kamu mendapat (jatah) tempat tidur dan makan.” (HR. Muslim, 3/1599)

b. Do’a keluar rumah; Dalam Sunan, Abu Daud meriwayatkan bahwasanya Rasulullah b bersabda, “Jika seorang laki-laki keluar dari rumahnya kemudian mengatakan:

بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

“Dengan Nama Allah, aku bertawakkal (menggantungkan diri) kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah”, niscaya akan dikatakan kepadanya: “Cukuplah bagimu, engkau telah diberi petunjuk, engkau telah dicukupi dan dijaga “, sehingga setan menyingkir daripadanya. Lalu setan lain berkata kepadanya: “Bagaimana kamu dapat (menggoda) laki-laki yang telah ditunjuki, dicukupi dan dijaga?.” (HR. Abu Daud no. 5095)

c. Bersiwak, dalam Shahihnya, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah -radhiyallah’anha- , bahwasanya ia berkata, “Bahwasanya Rasulullah jika masuk rumahnya beliau memulai dengan siwak.” (HR. Muslim, kitab Ath-Thaharah, bab 15, no. 44)


5. Rutin Membaca Surat Al-Baqarah di Rumah untuk Mengusir Setan. Hadits-hadits dalam hal ini di antaranya, Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan! Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah.” (HR. Muslim, 1/539)

Rasulullah juga bersabda, “Bacalah surat Al-Baqarah di rumah-rumah kalian, karena sesungguhnya setan itu tidak masuk ke dalam rumah yang dibaca di dalamnya surat Al-Baqarah.” (HR. Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak, 1/561).

Tentang keutamaan dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah serta pengaruh membacanya bagi rumah, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala menulis suatu kitab sebelum Ia menciptakan langit dan bumi sekitar 2000 tahun, Ia berada di atas Arsy, dan menurunkan dua ayat penutup (terakhir) dari surat Al-Baqarah. Dan tidaklah setan mendekat rumah yang dibacakan di dalamnya kedua ayat tersebut selama tiga malam.” (HR. Ahmad dalam As-Sunnah 4/274)


Sumber : Buletin Istiqomah, Edited by HAA

WANITA YG TIDAK BERSYUKUR

Bismillahir-Rahmaanir-Rahiim ...

Suatu hari ada seorang wanita yang ingin mencari jodoh, ia mendambakan seorang lelaki yang telah ia kriteriakan, akhirnya setelah berapa lama ia mencari dan tidak bertemu ia menyerah hingga ia pergi ke toko yang menjual lelaki-lelaki yang siap menjadi suami.

Setelah sampai di toko suami, ia masuk kelantai 1, ia sempat membaca tulisan di atas " KUALITAS BERIMAN, ALIM, TANGGUNG JAWAB " ia bergumam dalam hati, " cocok, sesuai yang ku harapkan "

Ia melihat tangga lantai 2 dan ia pun menaikinya, ia membaca tulisan di pintu masuk

" KUALITAS BERIMAN, ALIM, TANGGUNG JAWAB, SUDAH PUNYA PEKERJAAN HALAL "

Sang wanitapun bergumam dalam hati, " ini dia, sudah punya pekerjaan, jadi aku nggak usah repot-repot "

Ia mencari- cari suami yang ia cari, tak sengaja ia mendapati tangga lantai 3 dan ia pun naik ke lantai 3, ia sempat juga membaca tulisan di atas pintu masuk

" KUALITAS BERIMAN, TAK MENYEKUTUKAN ALLAH, ALIM, BERPENDIDIKAN TINGGI, TANGGUNG JAWAB, SUDAH PUNYA PEKERJAAN HALAL. "

di dalam hati ia bergumam, " ini lebih dari yang aku harapkan, aku akan terus naik sampai aku menemukan yang terbaik"

akhirnya ia masuk ke lantai 4 diatas pintu ia membaca tulisan

" KUALITAS BERIMAN, ALIM, BERTANGGUNG JAWAB, MEMPUNYAI PEKERJAAN HALAL, BERPENDIDIKAN TINGGI, MEMPUNYAI USAHA YANG MAJU."

Sang wanitapun bergumam dalam hati, " ini lebih dari yang aku harapkan, aku harus naik ke lantai 5 "

Setelah sampai di lantai 5 ia membaca tulisan yang ada di atas pintu masuk

" KUALITAS BERIMAN, ALIM, BERTANGGUNG JAWAB, MEMPUNYAI PEKERJAAN HALAL, BERPENDIDIKAN TINGGI, MEMPUNYAI USAHA YANG MAJU, SIAP MENIKAH, MASIH BUJANGAN. "

Sang wanitapun bergumam riang dalam hati, " alangkah beruntungnya aku, aku harus mendapatkan yang lebih dari ini, aku harus terus naik. " hatinya tertawa bangga, akhirnya ia mencari tangga lantai 6, dengan semangat ia menaiki tangga dan hati tertawa.

Sampai di lantai 6 ia mencari pintu masuk, setelah lama mencari ia menemukan pintu tersebut dan ia pun membaca tulisan di atas pintu,

" ANDA ADALAH ORANG YANG KE 100.999.891 DARI ORANG-ORANG YANG TAMAK DAN TAK PERNAH BERSYUKUR ATAS APA YANG TELAH DIBERIKAN PADA AWAL "

Sang wanitapun terkejut dan ia mencari tangga turun ke lantai 5, tapi apa yang ia temukan, pintu tangga telah tertutup rapat dan ia terpaku di lantai 6. ia menyesal karena tidak syukurnya ia, itu lah orang yang tak pernah puas.......

***

Untunglah kisah di atas hanya REKAAN BELAKA.
Seorang laki-laki pun demikian, dimatanya selalu saja merasa ada yang kurang, kurang cantik dan berharap lebih dari apa yang dimiliki sekarang.

PANDANGAN MANUSIA "SANGAT TERBATAS".
Sedang ALLAH Maha Melihat dan Maha Mengetahui yang terbaik buat hamba-hambaNya. Berdoalah agar selalu diberi petunjuk dan ketetapan hati untuk PILIHAN TERBAIK. aamiin.

Jangan lupa untuk tekan butang Share selepas anda baca ♥

-Anda di mata orang lain-

Suatu hari seorang penceramah terkenal membuka seminarnya dengan cara yang unik.
Sambil memegang wang RM100, dia bertanya kepada hadirin,

“Siapa yang nak duit ini?”.

Kelihatan ramai penonton angkat tangan menunjukkan ramai yang minat.

“Saya akan berikan ini kepada salah seorang dari anda , tapi sebelumnya perkenankanlah saya buat ni dulu.”

Dia berdiri mendekati hadirin. Wang itu diramas-ramas dengan tangannya sehingga renyuk.
Lalu bertanya lagi,

“Siapa yang masih mahu duit ini?”
Jumlah tangan yang mengangkat tak berkurang.

“Baiklah,” jawabnya,

“Apa jadinya bila saya melakukan ini?”

Ujarnya sambil menjatuhkan wang itu ke lantai & melenyek-lenyekkan dgn kasutnya. Meski masih utuh, kini wang itu jadi amat kotor,lusuh dan amat renyuk.

"OK, sekarang masih ada yang berminat?”.
Tangan-tangan yang angkat ke atas masih tetap banyak.

Hadirin sekalian, Anda baru saja menghadapi sebuah pelajaran penting. Apapun yang terjadi dengan wang ini, anda masih berminat kerana apa yang saya lakukan tidak akan mengurangi nilainya.

Biarpun renyuk,lusuh dan kotor, wang ini tetap bernilai RM100 juga..

Dalam kehidupan ini, kita pernah beberapa kali terjatuh, terkoyak, dan dipenuhi kotoran akibat keputusan yang kita buat & situasi yang menerpa kita dalam sesuatu keadaan dahulu.

Dalam keadaan seperti itu, kita merasa tak berharga, tak bererti.
Padahal apapun yang telah & akan terjadi, anda tidak pernah akan kehilangan nilai di mata mereka yang mencintai anda, lebih-lebih lagi di mata Tuhan.

Jadi walau bagaimana kotor pun anda, kita masih mempunyai nilai yang tersendiri. Sayangilah diri anda, bertaubat jika membuat dosa, terus berusaha jika gagal kerana diri kita sebenarnya amat berharga.

Dan jangan terlupa kita adalah makhluk Allah yang di pandang sama, hanya iman dan takwa yang membezakan kita.

Friday 17 February 2012

♥ ...Tanda kasih Rasulullah صلى الله عليه وسلم buatmu wahai umat... ♥

❀ Sayyidatuna ‘Aisyah رضي الله عنها berkata: Tatkala aku melihat Nabi صلى الله عليه وآله وسلم berada dalam keadaan baik, aku berkata: Wahai Rasulullah! Berdoalah kepada Allah untukku.

♥ Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم pun mendoakannya: Ya Allah! Ampunilah dosa ‘Aisyah yang terdahulu dan yang terkemudian, yang tersembunyi dan yang terang-terangan.

❀ Lalu Sayyidatuna ‘Aisyah رضي الله عنها ketawa kegembiraan sehingga kepalanya jatuh ke riba Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم kerana terlalu gembira.

♥ Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bertanya: Apakah doaku menggembirakanmu?

❀ Sayyidatuna ‘Aisyah رضي الله عنها menjawab: Kenapa tidak, aku begitu gembira dengan doamu itu.

♥ Lantas Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم pun bersabda: Demi Allah! Inilah doa yang aku panjatkan untuk umatku dalam setiap solat.

(Hadith ini telah diriwayatkan oleh al Bazzar dan rijalnya (perawinya) adalah rijal yang sohih, melainkan Ahmad ibn Mansur al Ramadi merupakan seorang yang thiqah. (Demikian juga sebagaimana yang disebutkan di dalam Majma’ al Zawaid 9/243).

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

Sayyiduna Anas bin Malik pernah melihat Rasulullah صلى الله عليه وسلم mencari² labu di dalam dulang ketika sedang menikmati makanan, maka semenjak hari itu dia sentiasa suka kepada labu.

>>> Sayyiduna Anas bin Malik berkata: "Nabi صلى الله عليه وسلم menyukai buah labu. Setiap kali dihidangkan makanan atau diundang ke jamuan, saya sering mengikutinya & menghidangkan buah labu di hadapannya kerana saya tahu Baginda صلى الله عليه وسلم sangat menyukainya."

~ Riwayat Ahmad, Darimi, Nasa'i & Abu Dawud rahimahumullah.

اللهم اجعلنا مثلهم آمين
{Ya Allah, jadikan kami persis mereka, amin}

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

♥ Ini kisah cinta & rindu seorang sahabat buat sahabatnya...

Zaid bin Aslam berkata: Pada suatu malam, Sayyiduna Umar keluar mengawasi rakyat jelata dan meninjau keadaan mereka. Lalu beliau ternampak cahaya pelita di dalam sebuah rumah dan di dalamnya ada seorang perempuan tua sedang mengait baju sambil bernasyid....

على محمدٍ صلاةُ الأبرارْ
Ke atas Nabi Muhammad salawat orang yang baik²,

صلَّى عليه الطيبُونِ الأخيارْ
Bersalawat ke atasnya orang yang mulia lagi terpilih,

قد كنتُ قوَّامًا بُكًا بالأسحارْ
Sesungguhnya engkau banyak melakukan ibadah & menangis di waktu sahur,

يا ليتَ شِعْرِيْ والمنايا أطوارْ
Alangkah baiknya jika ku tahu keadaan kematianku, namun kematian itu bermacam² keadaannya,

...هَلْ تجْمَعُنِيْ وَحَبِيْبِيْ الدَّارْ
Adakah Engkau akan menghimpunkan aku bersama kekasihku (Muhammad صلى الله عليه وسلم) di dalam syurga kelak?

Apabila Sayyiduna Umar mendengar dendangan ini, beliau terduduk & menangis.

~ Riwayat oleh Ibnu Al-Mubarak di dalam kitabnya Az-Zuhd.

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

WANITA

Wanita adalah:..
1. Orang yang akan mendampingimu seumur hidup.
2. Orang yang akan melahirkan anak"♍Ǘ, walau dengan penuh rasa sakit.
3. Orang yang merawatmu sampai tua.
4. Orang yang akan merawatmu pd saat kau sakit.
5. Orang yang akan selalu mendukung walau kau gagal berpuluh" bahkan beratus" kali.
6. Orang yang memberikan hidupnya untukmu. Bahkan ia membuang egonya demi bersamamu. Bahkan saat kau menyakitinya, ia tetap berada ϑî sampingmu..

Sedangkan Pria adalah..
1. Orang yang akan menjagamu seumur hidupmu.
2. Orang yang berkorban untukmu.
3. Orang yang menafkahimu.
4. Orang yang merawatmu pd saat kau sakit.
5. Orang yang memelukmu pada saat kau sedih.
6. Orang yang ingin membuatmu bahagia.

Mereka sama berharganya,hanya saja mereka mempunyai perbedaan" yang kadang membuat mereka menyakiti 1 sama lain, dan itu hanya dapat diatasi dengan pengertian dari kedua belah pihak.

Hidup itu singkat... Terlalu singkat untuk berbagai pertengkaran... Mengapa tidak kau bahagiakan saja pasanganmu, dan mengisi hari" kalian dengan penuh cinta, dan membuat pasanganmu tersenyum lebih lebar tiap harinya?
Bukankah itu lebih baik dan bahagia dibanding saling menyakiti? :):) Walaupun banyak hal, dimana kenyataannya tak mudah untuk dilalui, bahkan terkadang enggan untuk melaluinya.

Melihat ke atas : memperoleh semangat untuk maju.
Melihat ke bawah : bersyukur atas semua yg ada.
Melihat ke samping : smangat kebersamaan.
Melihat ke belakang : sebagai pengalaman berharga.
Melihat ke dalam : untuk instropeksi &
Melihat ke depan : untuk menjadi lebih baik ...

Dari air kita belajar ketenangan.....
Dari batu kita belajar ketegaran.....
Dari tanah kita belajar kehidupan.....
Dari kupu-kupu kita belajar merubah diri.....
Dari padi kita belajar rendah hati.....
Dari Allah Azza Wa Jalla kita belajar tentang kasih yang sempurna......Karena tidak ada orang yang sempurna..kesempurnaan hanya Milik Allah Azza wa Jalla..

Sunday 5 February 2012

Beriman Kepada Yang Ghaib

Beriman Kepada Yang Ghaib

Beriman kepada yang ghaib adalah termasuk salah satu asas dari akidah Islam, bahkan ianya merupakan sifat yang pertama dan utama yang dimiliki oleh Allah S.W.T. Justeru itu, bagi setiap orang Muslim, mereka wajib beriman kepada yang ghaib, tanpa sedikitpun ada rasa ragu. Dalam perkara ini Ibn Mas'ud mengatakan: Yang dimaksudkan dengan yang ghaib itu ialah segala apa saja yang ghaib dari kita dan perkara itu diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Begitu juga jin. Jin termasuk makhluk ghaib yang wajib kita imani, kerana banyak ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadis Nabi yang menerangkan tentang wujudnya.
Walaupun jin itu tidak dapat dilihat, maka bukanlah bererti ia tidak ada. Sebab berapa banyaknya sesuatu yang tidak dapat kita lihat di dunia ini, akan tetapi benda itu ada. Angin misalnya, kita tidak dapat melihatnya, tetapi hembusannya dapat kita rasakan. Begitu juga roh yang merupakan hakikat dari kehidupan kita, kita tidak dapat melihatnya serta tidak dapat mengetahui tentang hakikatnya akan tetapi kita tetap meyakini wujudnya.

Apakah itu Jin?

Jin adalah nama jenis, bentuk tunggalnya adalah Jiniy ( dalam bahasa arab dahulu kala, dan Genie dalam bahasa Inggeris ) yang ertinya "yang tersembunyi" atau "yang tertutup" atau "yang tak terlihat". Hal itulah yang memungkinkan kita mengaitkannya dengan sifat yang umum "alam tersembunyi", sekalipun akidah Islam memaksudkannya dengan makhluk-makhluk berakal, berkehendak, sedar dan punya kewajipan, berjasad halus and hidup bersama-sama kita di bumi ini. Dalam sebuah hadith dari Abu Tha'labah yang bermaksud : "Jin itu ada tiga jenis iaitu : Jenis yang mempunyai sayap dan terbang di udara, Jenis ular dan jengking dan Jenis yang menetap dan berpindah-pindah."
Awal Penciptaan Jin

Allah S.W.T. menciptakan jin sebelum menciptakan manusia, dengan selisih waktu yang lama bila dikiaskan pada manusia mahupun jin sendiri. Allah S.W.T. berfirman ( maksudnya ) : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering ( yang berasal ) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin, sebelum itu dari api yang sangat panas. ( Surah Al-Hijr: 26-27 ).
Bagaimana Jin Dan Syaithan Hidup

Jin adalah makhluk yang sangat banyak sekali penduduknya, boleh dikatakan sama bilangan penduduk bumi sebanyak 5 bilion. Jarang ada suatu tempat di bumi ini yang tidak diduduki oleh jin, baik di daratan, lautan
mahupun udara. Dunia mereka seperti dunia kita : Ada negara, kerajaan, berbagai bangsa & kabilah, penguasa dan rakyat jerata. Agama mereka pun tidak berbeza dengan agama manusia. Diantara mereka, alhamdulillah,
ada yang Muslim dan memperoleh hidayah dari Allah S.W.T. Yang lain, beragama Masehi, Hindu, Buddha, penyembah berhala dan penganut ajaran komunis.
Tempat Tinggal Jin

Makhluk jin lebih mengutamakan untuk tinggal di tempat-tempat yang sunyi dan sepi dari manusia seperti di padang pasir. Ada yang tinggal di tempat-tempat kotor seperti di tempat pembuangan sampah kerana mereka memakan makanan lebihan manusia. Ada juga mereka yang tinggal bersama manusia iaitu di dalam rumah. Abu Bakar bin Ubaid meriwayatkan: "Pada setiap rumah kaum muslimin ada jin Islam yang tinggal di atapnya, setiap kali makanan diletakkan, maka mereka turun dan makan bersama penghuni rumah."
Jin juga menjadikan tandas sebagai tempat tinggalnya. Rasullullah s.a.w. telah bersabda: "Sesungguhnya pada tiap-tiap tempat pembuangan kotoran ada didatangi jin, kerana itu bila salah seorang kamu datang ke tandas
maka hendaklah ia mengucapkan doa: " Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari jin lelaki dan perempuan" (HR. Abu Dawud)

Jin juga sangat suka tinggal di lubang-lubang. Oleh kerana itu dalam sebuah hadis dijelaskan yang maksudnya: "Janganlah kamu kencing dilubang." (HR. An-Nas'i)

BERDIALOG DENGAN JIN

CONTOH PERTAMA

Percakapan antara Syeikh Wahid Abdul Salam dengan jin yang pernah masuk ke dalam tubuh seseorang.

SYEIKH : Siapakah namamu?
JIN : Syeikh Muhammad.

SYEIKH : Mengapa kamu masuk ke dalam tubuh perempuan ini?
JIN : Kerana dia memijakku di bilik mandi.

SYEIKH : Tinggalkanlah dia demi ketaatan mu kepada Allah.
JIN : Tidak, saya tidak mahu meninggalkannya.

SYEIKH : Jika kamu tidak mahu meninggalkannya, maka dengarkanlah, ( Lalu Syeikh itu membacakan awal Surah As-Shaffat hingga jin itu merasa sakit serta menangis dan berkata ) "Saya akan keluar dari tubuh wanita ini".
SYEIKH : Keluarlah kamu sekarang. Akan tetapi jin itu berbohong.
SYEIKH : Kalau kamu tidak juga mahu keluar, maka dengarkanlah! Lalu saya membaca untuknya awal dari surah Al-Jin.
JIN : Baiklah aku akn keluar.

SYEIKH : Setelah mengucapkan Assalamu'alaikum, jin itupun keluar. Segala puji untuk-Mu ya Allah.


CONTOH KEDUA

Seorang perempuan sakit pernah datang kepada Syeikh, lalu Syeikh membacakan kepadanya Surah Al-Fatihah, tidak lama selepas itu, jin yang menganggunya itupun datang.

SYEIKH : Siapakah namamu?
JIN : Namaku Muhammad.
SYEIKH : Saya adalah seorang Muslim.
JIN : Saya juga Muslim.

SYEIKH : Adakah jin yang lain yang bersama denganmu dalam tubuh perempuan ini?
JIN : Bersama denganku ada jin yang beragama Nasrani namanya Subhi.

SYEIKH : Suruh dia datang, aku ingin berbicara dengannya. Kemudian jin itu memanggilkan jin yang bernama Subhi.
SYEIKH : Siapakah Namamu?
JIN : Namaku Subhi

SYEIKH : Apakah kamu beragama Islam?
JIN : Tidak, saya adalah seorang Kristian.

SYEIKH : Berapa umurmu?
JIN : 18 Tahun

SYEIKH : Apakah kamu bekerja dengan tukang sihir?
JIN : Ya, saya bekerja dengan seorang perempuan tukang sihir dari daerah Dasuq.

SYEIKH : Lalu saya menawarkan kepadanya supaya dia masuk ke dalam agama Islam, lalu dengan kerelaan hatinya dia mahu masuk Islam.
SYEIKH : Apakah kamu masuk ke dalam agama Islam ini betul-betul dari lubuk hatimu ataukah hanya sekadar dengan lidahmu?
JIN : Dari lubuk hatiku. ( Sambil menangis ): Akan tetapi saya telah banyak menyakiti orang.

SYEIKH : Mudah-mudahan Allah akan mengampunimu. Oleh kerana itu, bertaubatlah kamu dengan sebenar-benar taubat.
JIN : Akan tetapi saya tidak pandai berwhuduk dan solat.

SYEIKH : Apakah kamu kenal dengan jin yang beragama Islam?
JIN : Saya tidak mengetahuinya kecuali yang saya tahu hanya jin yang beragama Kristian dan gereja sahaja.

SYEIKH : Kamu boleh datang ke masjid tempat kami solat, kemudian kerjakanlah solat bersama kami dan berkenalan dengan saudara-maramu dari jin Mukmin dan belajarlah perkara agama daripadanya.
SYEIKH : Apakah kamu masih akan tetap bekerja dengan tukang sihir itu?
JIN : Tidak, kerana agama Islam melarang berbuat demikian

SYEIKH : Kemudian jin yang telah masuk Islam itupun berjanji kepada Allah dan keluar dari tubuh perempuan itu. Semoga Allah akan menguatkan agama Islam yang telah dipeluknya. Selepas itu jin yang bernama Muhammad datang dan aku tanyakan kepadanya: Apakah kamu mendengar peritiwa yang baru saja terjadi?
JIN : Ya, saya mendengarkannya.

SYEIKH : Bagaimana perasaanmu?
JIN : Sangat senang, kerana dia telah masuk ke dalam agama Islam.

SYEIKH : Selepas itu jin bernama Muhammad tersebut berjanji kepada Allah dan tak lama kemudian ia pun keluar dari tubuh perempuan itu. Semuanya ini hanyalah kurnia dari Allah.


CONTOH KETIGA

Datang seorang perempuan kepada Syeikh dalam keadaan mengeluh kerana rasa sakit di badannya. Setelah Syeikh memeriksanya ternyata dalam tubuh wanita tersebut ada jin, lalu Syeikh membacakan ayat-ayat sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu, maka datanglah jin yang bernama Zainab Abdul Maujud, maka terjadilah percakapan antara Syeikh dengan jin itu :

SYEIKH : Apakah agamamu?
JIN : Islam.
SYEIKH : Apakah bacaan Al-Qur'an dapat berpengaruh terhadap jin yang beragama Islam?
JIN : Ya.

SYEIKH : Surah-surah apakah yang dapat berpengaruh kepada jin?
JIN : Sebagaimana surah-surah yang kau perintahkan untuk membacanya, iaitu surah Yasin, Ad-Dukan, As-Shaffat dan Al-Jin.

SYEIKH : Bagaimana dengan surah Al-Baqarah?
JIN : Juga sangat besar pengaruhnya, bahkan membakarnya.

SYEIKH : Apakah perempuan yang kamu masuki ini membaca ayat-ayat Al-Qur'an tersebut?
JIN : Ya, setelah dia mengerjakan amalan-amalan tersebut saya pun menjadi lemah hingga saya merasa kesakitan, dia juga membaca doa ketika makan, sehingga saya tidak dapat makan bersamanya. Jika ia lupa membacanya pada waktu dia akan makan, dia membaca: "Bismillahi awwalihi wa akhiri", lalu saya memuntahkannya kembali apa yang telah saya makan.

SYEIKH : Apakah perbezaannya antara jin dan syaitan?
JIN : Syaitan juga adalah jin akan tetapi dia kafir dan membangkang. Selepas itu jin itu berkata: Lepaskan aku!

SYEIKH : Dari manakah kamu akan keluar?
JIN : Dari mulut perempuan ini.

SYEIKH : Sambil mengucapkan "Assalamu'alaikum" jin itupun pergi. Semuanya ini adalah kurnia dari Allah SWT.

Cara Mengatasi Gejala Sihir:

Begitu juga dengan ayat Kursi dan memang dari kaedahnya ayat tersebut adalah pengubat dan penyembur sihir. Malah Nabi Muhammad s.a.w. telah menyebut secara terperinci bahawa sihir itu boleh diubati dengan membaca enam ayat pertama surah Al-Baqarah, tiga ayat daripada surah Al-Baqarah iaitu ayat 255, 256 dan 257 dan tiga ayat terakhir daripada surah tersebut. Ayat-ayat ini hendaklah diamalkan dengan penuh yakin bahawa Allah S.W.T. boleh menyembuhkan sihir.

Ayat-ayat tersebut adalah seperti berikut :-
1.) Surah Al-Baqarah 2 : 1-6
2.) Surah Al-Baqarah 2 : 255-257
3.) Surah Al-Baqarah 2 : 284-286

Saka ( Keturunan )

1.) Surah Al-Fatihah ( Ayat 1-7 )
2.) Surah Al-Baqarah ( Ayat 255 )
3.) Surah Al-Insyirah ( 1-8 )

Setelah kamu minum air tersebut berterusan, kamu dapat merasakan seluruh anggota kamu akan menjadi pija (panas) terutama di bahagian tengkuk, kerana disitulah tempat duduknya jin tersebut. Ini menunjukkan, usaha anda telah berhasil. Itu petanda Allah s.w.t. telah mengazabkan jin di dalam tubuh kamu itu. Itulah kemujarabannya.....

Gangguan Jin

1. Cara yang digunakan oleh Rasulullah SAW untuk mengusir gangguan Jin.

- Melaknat Iblis dengan Laknat Allah SWT.

- Ditepuk punggungnya dan berdoa yang ertinya " Keluarlah kau wahai musuh Allah dan Aku Melaknat-mu dengan Laknat Allah"

- Membaca Ayat2 Ruqyah :
Al-Fatihah, Al-Baqarah 1-4, Al-Baqarah 163-164, Al-Imran 18,
Al-Hasyr 1-3,Ash-Shaffat 1-10, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas.

2.Cara selepas Zaman Rasullulah SAW.

a. Zaman Imam Ahmad:
Membaca Al-Fatihah, Al-Hasyr 1-3, Ash-Shaffat 1-10, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas. Dituliskan, dicelupkan serta diminumkan airnya.

b. Membacakan Ruqyah pada orang yg terkena gangguan jin.

c. Hal dalam menangani gangguan Jin.


- Langkah-langkah Pencegahan
Mengikuti Perintah dan Menjauhi larangan Allah SWT serta mengikuti Sunnah Rasulullah SAW.

Contoh :
- Solat Berjamaah 5 waktu di masjid & Solat Sunnat
- Tilawah Qur'an
- Ta'alim
- dsb

- Langkah-langkah Bertahan/Defensif

Berdo'a:

Contoh: Al-Mu'minun 97-98
"Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku."
Rasulullah SAW membaca do'a diatas pada saat hendak solat, selesai solat dan hendak tidur

Membaca do'a Al-ma'tsurat Rasulullah pagi dan petang.

- Langkah-langkah Melawan Gangguan/Offensif

Surat Fathir: 6
" Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), kerana sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala."

Tanamkan sikap permusuhan & rasa benci dengan Syaitan.
- Laknat Syaitan tersebut dengan Laknat Allah.
- Mencari penyebab gangguan Jin pada tubuh manusia
Jenis-jenis Gangguan

1. Gangguan Pelet / Pengasihan

Tempat gangguan -> Saraf betis kanan mengeras (Lelaki)
Saraf betis kiri mengeras (Wanita)



2. Tekanan Mental
Tempat gangguan -> di terapi pula dgn ubat2-an medic.

3. Tekanan Fikiran
Tempat gangguan -> Saraf otak kecil bahagian belakang

4. Mengelamun panjang.
Tempat gangguan -> Saraf otak kecil bahagian depan

5. Sihir
Tempat gangguan -> Saraf yang berhubungan dgn mata, telinga dan hidung. Seluruh tempat gangguan diatas harus diurut agar aliran darah kembali lancar dgn konsisten. Kemudian terus membaca do'a ruqyah yang diajarkan Rasulullah SAW tanpa berpaling sedikitpun dgn mengabaikan seluruh permintaan Jin kepada kita serta tetap dalam keberanian penuh sesuai keyakinan kita kepada kekuatan Allah SWT.
" Sesungguhnya tipu daya setan sangat lemah".

6. Gangguan di rumah
Membaca Surat Al-Baqarah + tanamkan keberanian.
Menghidupkan Sunnah Rasulullah SAW.



7. Keluar ke tempat yang ada suasana bersih & Suci.
Datangi tempat tersebut dan lakukan perlawanan dengan Jin
tersebut. (Dianjurkan mengikuti pelatihan terapi terlebih dahulu).

Pertanyaan

1. Bagaimana membezakan orang sakit karena medic dengan orang sakit karena non-medic.

Sebab non-medic atau Gangguan jin

- Malas
- Semangat yang hilang.
- Mudah Marah
- Suka & selalu tidur
- Sering Panas tetapi Dingin
- Leher / Punggung sering terasa berat.
- Rasa kesal dan benci kepada orang tanpa alasan yg rasional.
- Rasa sakit pada tubuh yang tidak terbukti secara medic.

Sebab medic
- Penyakit dapat dikesan dengan rawatan moden.
- Penyakit dapat dirawat melalui rawatan moden.


SOALAN:

Apakah Roh nenek moyang dapat masuk ke dalam tubuh ?
Roh orang yang sudah meninggal dalam keadaan 2 posisi :
- Wafat Khusnul Khotimah berada di sisi Allah Swt
- Wafat Su'ul Khotimah berada pada siksaa kubur


Kedua jenis ROH ini tidak akan pernah kembali lagi ke bumi ! Adapun penyerupaan dan penampakan adalah hasil karya tipuan pada Jin atau Qorin. - AWAS!! TIPU DAYA Syaitan!! -

Berhati-hati apabila berjumpa bomoh atau dukun. Didalam perubatan kampung atau tradisional, ramai yang terpedaya dengan tipu daya bomoh. ( fitnah ada orang buat sihir, hantar santau ,tuju-tuju, gangguan jin padahal tidak wujud sama sekali dan bermacam-macam lagi penyataan karut ) Namun begitu ada juga bomoh yang baik & betul, maka haruslah anda mengambil langkah berhati-hati. Wallahualam.

Surah at-tiin " sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya "
dapat kita fahami bersama bahawa manusia jauh lebih mulia dibanding mahluk apa pun.
" Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu)......, " - Fathir : 6

7 Tipudaya Syaitan ke Atas Umat Islam

BAB KELIMA: LIMA STRATEGI MELAWAN SYAITAN.

Setelah mempelajari berkenaan syaitan dari pelbagai sudut, kini tiba masanya untuk kita belajar bagaimana untuk melawan syaitan. Caranya tidak susah, hanya lima strategi yang perlu dipelajari dan dilakukan:
Ikhlas Dalam Beragama.
Takut Kepada Allah.
Jangan Ikut syaitan.
Berjamaah.
Zikir dan Doa.


Strategi # 1: Ikhlas Dalam Beragama.
Apabila iblis berjanji kepada Allah untuk menyesat, mengkafir, memusyrik dan menjadikan umat Islam ahli neraka, iblis dengan sendirinya mengakui bahawa ia tidak dapat melaksanakan janji tersebut kepada satu golongan orang, iaitu mereka yang ikhlas. Perhatikan ayat-ayat berikut:

Iblis berkata: “Wahai Tuhanku! Jika demikian,
berilah tempoh kepadaku hingga ke hari mereka dibangkitkan (Hari Kiamat).”
Allah berfirman: “Dengan permohonanmu itu,
maka sesungguhnya engkau dari golongan yang diberi tempoh.
Hingga ke hari - masa yang termaklum.”

Iblis berkata: “Wahai Tuhanku! Kerana Engkau telah menjadikan daku sesat,
(maka) demi sesungguhnya aku akan memperindahkan (segala jenis kemungkaran)
kepada Adam dan zuriatnya di dunia ini
dan aku akan menyesatkan mereka semuanya.
Kecuali hamba-hamba-Mu di antara mereka yang ikhlas.”
[al-Hijr 15:36-40]

Iblis mengulangi pengecualian ini dalam ketika yang lain:

“Kecuali hamba-hamba-Mu di antara mereka yang ikhlas.”

Dalam dua ayat di atas, syaitan telah membongkarkan rahsianya yang amat penting. Dalam melaksanakan perjanjian dan permusuhannya kepada umat Islam sehingga Hari Kiamat, syaitan hanya tertahan kepada satu golongan orang. Mereka itu ialah orang-orang yang ikhlas dalam beragama.

Apakah yang dimaksudkan dengan ikhlas? Ia adalah melakukan sesuatu semata-mata kerana Allah. Saya yakin para pembaca sekalian sebelum ini telah mengetahui tentang ikhlas dalam solat, ikhlas dalam berpuasa dan ikhlas dalam berzikir. Ia bererti mendirikan solat kerana Allah dan bukannya kerana emak mertua yang datang melawat. Ia bererti berpuasa kerana Allah dan bukannya kerana mengelak dari disindir oleh pelajar-pelajar di kolej. Ia bererti berzikir kerana Allah dan bukannya kerana ingin menunjukkan sifat wara’ kepada rakan-rakan di pejabat.

Ada pun ikhlas yang dikecualikan oleh syaitan, maka ia adalah keikhlasan yang berlaku dalam konteks yang lebih besar. Ia adalah keikhlasan yang melibatkan keseluruhan agama dan bukan sekadar amalan-amalan tertentu di dalam agama. Ertinya, kita beragama, memperjuangkan agama, membela agama dan melakukan kerja agama semuanya kerana Allah.

Pada masa kini keikhlasan kerana agama amat sukar untuk ditemui. Di sana-sini, kita tidak akan menemui orang yang memiliki penghayatan agama melainkan dia melakukannya kerana tuan gurunya, kedudukannya, alirannya atau jamaahnya. Yang dimaksudkan dengan jamaah ialah parti, persatuan, pertubuhan dan organisasi.

Maka dari sini, strategi # 1 untuk melawan syaitan ialah ikhlas dalam beragama. Hendaklah kita merenung kembali tujuan kita beragama. Seandainya ia 100% kerana Allah, maka peliharalah keikhlasan tersebut. Jika belum mencapai 100% kerana Allah, maka perbetulkanlah kerana syaitan akan menyelit masuk dengan segala tipu dayanya dalam kekurangan tersebut.



Strategi # 2: Takut Kepada Allah.
Sekali pun syaitan dan segala ciri dan tipu dayanya kelihatan hebat, ia memiliki satu kelemahan: Ia takut kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Kelemahan ini diakuinya sendiri, sebagaimana yang dapat kita lihat pada ayat berikut:

Dan (ingatlah) ketika syaitan memperindahkan kepada mereka
amalan (mungkar) mereka serta menghasut mereka dengan berkata:
“Pada hari ini tidak ada sesiapa pun dari umat manusia
yang dapat mengalahkan kamu dan sesungguhnya aku adalah pelindung dan penolong kamu.”

Maka apabila kedua-dua pihak (angkatan tentera Islam dan musyrik)
masing-masing kelihatan (berhadapan),
syaitan berundur ke belakang sambil berkata:
“Aku berlepas diri dari kamu, kerana aku dapat melihat
apa yang kamu tidak dapat melihatnya; sesungguhnya aku takut kepada Allah
dan Allah sangatlah berat azab seksa-Nya.”
[al-Anfal 8:48]

Ayat di atas merujuk kepada peristiwa Perang Badar. Sebelum peperangan, syaitan menghasut segelintir umat Islam dengan sikap riya’ dan hebat. Akan tetapi apabila saja pasukan umat Islam berhadapan dengan musuh, syaitan mengundurkan diri sambil berkata: “Aku berlepas diri dari kamu, kerana aku dapat melihat apa yang kamu tidak dapat melihatnya; sesungguhnya aku takut kepada Allah dan Allah sangatlah berat azab seksa-Nya.”

Oleh kerana itu janganlah kita takut kepada syaitan tetapi takutlah kepada Allah:

Sesungguhnya yang demikian itu ialah syaitan yang menakut-nakutkan (kamu terhadap)
penolong-penolongnya (kaum kafir musyrik).
Oleh itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku,
jika betul kamu orang-orang yang beriman.
[‘Ali Imran 3:175]

Takut kepada Allah bukanlah bererti menjauhkan diri daripada Allah, tetapi sebaliknya semakin menghampiri-Nya dan semakin meneguhkan keimanan kepada-Nya. Ini dilakukan dengan memuliakan al-Qur’an, menghormati Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, mengunggulkan wahyu di atas akal, mentaati perintah larangan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, berkeyakinan hanya Allah yang dapat memberi manfaat atau mudarat, bertawakkal kepada Allah dan mencari keredhaan Allah dalam segala pemikiran serta perbuatan.

Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai sebarang kekuasaan
terhadap orang-orang yang beriman
dan yang bertawakkal kepada Tuhan mereka.
Sesungguhnya kekuasaan syaitan itu hanyalah terhadap orang-orang
yang menjadikan ia pemimpin mereka, dan orang-orang yang dengan sebab hasutannya
melakukan syirik kepada Allah.
[al-Nahl 16:99-100]

Jika kita takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka syaitan akan takut dari mengganggu kita. Sebaliknya jika kita tidak takut kepada Allah, maka syaitan juga tidak akan takut dari mengganggu kita.

Sebagai contoh, cara sebenar untuk memagar rumah ialah membaca Basmalah setiap kali memasuki rumah dan ketika hendak menutup pintu. Kemudian hendaklah para penghuni rumah beristiqamah dengan amalan-amalan yang menepati al-Qur’an dan al-Sunnah seperti pergi solat berjamaah, membaca al-Qur’an khasnya surah al-Baqarah dan melayani ahli keluarga dengan baik. Pada waktu yang sama jangan dilakukan perkara-perkara mungkar di dalam rumah. Cara ini akan menakutkan syaitan dari memasuki rumah dan mengganggu para penghuninya.

Contoh lain, jika seorang yang dengki mencabar untuk menyihir anda, jangan takut kepada sihir tetapi takutlah kepada Allah. Sihir adalah kerja syaitan dan ia hanya mampu melakukannya jika anda takut kepadanya. Sebaliknya jika anda takut kepada Allah, syaitan juga takut kepada anda dan tidak akan dapat melakukan sihir tersebut. Diulangi bahawa takut kepada Allah bererti yakin sepenuhnya bahawa hanya Allah yang dapat memberi manfaat atau mudarat. Merujuk kepada perbuatan sihir, ia tidak akan memberi mudarat melainkan dengan izin Allah:

Dalam pada itu ada juga orang-orang mempelajari dari mereka berdua
(Harut dan Marut) ilmu sihir yang boleh menceraikan antara seorang suami dengan isterinya,
padahal mereka tidak akan dapat sama sekali memberi mudarat
(atau membahayakan) dengan sihir itu seseorang pun melainkan dengan izin Allah.
[al-Baqarah 2:102]

Seandainya sihir tersebut benar-benar berlaku, maka ia bukanlah kerana kekuasaan syaitan tetapi kerana kehendak Allah yang ingin menguji para hamba yang dicintai-Nya. Diulangi hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ

فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ.

Sesungguhnya besarnya ganjaran berkadar terus dengan besarnya bala’.
Sesungguhnya jika Allah mencintai satu kaum, Dia menurunkan bala’ kepada mereka.
Sesiapa yang redha maka Allah redha kepadanya
dan sesiapa yang marah maka Allah murka kepadanya.[1]



Strategi # 3: Jangan Mengikuti Syaitan.
Strategi ketiga ialah menahan diri dari mengikuti syaitan. Dalam strategi # 2 telah dikemukakan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai sebarang kekuasaan
terhadap orang-orang yang beriman dan yang bertawakkal kepada Tuhan mereka.
Sesungguhnya kekuasaan syaitan itu hanyalah terhadap
orang-orang yang menjadikan ia pemimpin mereka,
dan orang-orang yang dengan sebab hasutannya
melakukan syirik kepada Allah.
[al-Nahl 16:99-100]

Dalam ayat yang lain Allah berfirman:

Telah ditetapkan kepada (tiap-tiap) syaitan itu,
bahawa sesiapa yang menjadikannya pemimpin,
maka sesungguhnya ia akan menyesatkannya
dan memberi hidayah kepada azab neraka.
[al-Hajj 22:04]

Dalam dua ayat di atas, Allah menerangkan bahawa kekuasaan syaitan hanyalah terhadap orang-orang yang menjadikan ia sebagai pemimpin. Dalam erti kata lain, syaitan hanya mampu mengganggu orang-orang yang mengikutinya. Oleh kerana itulah dalam banyak ayat yang lain, Allah melarang kita dari menjadi pengikut syaitan. Ayat-ayat yang dimaksudkan ialah:

Allah berfirman (kepada iblis):
“Keluarlah engkau dari Syurga sebagai makhluk yang terhina serta terusir.
Sesungguhnya sesiapa di antara mereka (manusia) yang mengikutimu,
tetaplah aku akan memenuhi neraka jahanam dengan (golongan) kamu semuanya.
[al-A’raaf 7:18]

Allah berfirman (kepada iblis):
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, tidaklah ada bagimu sebarang kuasa
untuk menyesatkan mereka kecuali sesiapa yang mengikutimu
dari orang-orang yang sesat (dengan pilihannya sendiri).”
[al-Hijr 15:42]

Allah berfirman (kepada iblis): “Pergilah (lakukanlah apa yang engkau rancangkan)!
Kemudian siapa yang mengikutimu di antara mereka (manusia),
maka sesungguhnya neraka Jahannamlah
balasan kamu semua, sebagai balasan yang cukup.”
[al-Isra’ 17:63]

Secara terperinci, yang dimaksudkan ialah jangan mengikuti jejak langkah syaitan:

Dan janganlah kamu ikut jejak langkah syaitan;
kerana sesungguhnya syaitan itu ialah musuh yang terang nyata bagi kamu.
Ia hanya menyuruh kamu melakukan kejahatan dan perkara-perkara yang keji,
dan (menyuruh) supaya kamu berkata (dusta) terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui.
[al-Baqarah 2:168-169]

Dan janganlah kamu menurut jejak langkah syaitan;
kerana sesungguhnya syaitan itu musuh bagi kamu yang terang nyata.
[al-An’aam 6:142]

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menurut jejak langkah syaitan;
dan sesiapa yang menurut jejak langkah syaitan,
maka sesungguhnya syaitan itu sentiasa menyuruh (pengikut-pengikutnya)
melakukan perkara yang keji dan perbuatan yang mungkar.
[al-Nur 24:21]

Apakah jejak langkah syaitan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang kita dari mengikutinya? Ia adalah apa jua yang berkaitan dengan syaitan. Dengan merujuk dari awal buku ini, jejak langkah tersebut dapat diringkaskan sebagai:

Pertama: Jangan bersikap takbur.[2]
Jangan mengikuti jejak langkah syaitan yang takbur terhadap perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Takbur ialah sikap ujub, menghina orang lain, mengunggulkan akal di atas wahyu dan mempersoalkan perintah Allah.

Lawan kepada sikap takbur ialah tawadhu’, iaitu rendah diri. Maka setiap kali apabila kita membaca atau mendengar “Firman Allah…” dan “Sabda Rasulullah…”, janganlah takbur. Sebaliknya rendahkanlah diri untuk mentaati dan melaksanakannya sesempurna mungkin. Semua ini dilakukan tanpa mengira siapa yang menyampaikan “Firman Allah…” dan “Sabda Rasulullah…” tersebut atau sama ada “Firman Allah…” dan “Sabda Rasulullah…” tersebut sesuai dengan kehendak kita atau tidak.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

(Yang demikian) kerana Allah hendak menjadikan hasutan syaitan itu
sebagai satu fitnah cubaan bagi orang-orang yang ada penyakit (takbur)
dalam hati mereka dan yang hatinya keras membatu;
dan sesungguhnya mereka yang zalim itu sentiasa berada dalam pertentangan
yang jauh dari kebenaran.

Dan juga supaya orang-orang yang beroleh ilmu mengetahui
bahawa ayat-ayat keterangan itu benar dari Tuhanmu
lalu mereka beriman kepadanya sehingga tunduk taatlah hati mereka mematuhinya;
dan sesungguhnya Allah sentiasa memimpin orang-orang yang beriman
ke jalan yang lurus.
[al-Hajj 22:53-54]

Sebagai contoh apabila membaca firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan kamu menjalankan hukuman “Qishash” dalam perkara orang-orang yang mati dibunuh. [al-Baqarah 2:178], jangan takbur terhadapnya dengan membuat takwilan: “Itu hukum zaman unta, sekarang zaman kereta kita guna hukum penjara sahaja!”[3] Kemudian apabila mendengar hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

أَلاَ مَنْ وَلِيَ عَلَيْهِ وَالٍ فَرَآهُ يَأْتِي شَيْئًا مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ

فَلْيَكْرَهْ مَا يَأْتِي مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ وَلاَ يَنْزِعَنَّ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ.

Ketahuilah! Sesiapa yang dipimpin oleh seorang pemimpin lalu dia melihat sesuatu kemaksiatan kepada Allah (yang dilakukan oleh pemimpin itu), maka bencilah kemaksiatan kepada Allah tersebut. Akan tetapi jangan menarik ketaatannya (kepada pemimpin itu).[4], jangan takbur dengan menafikannya seraya berkata: “Pemimpin sekarang tidak menjalankan hukuman Qishash, maka tidak perlu taat setia kepadanya!” Ini kerana berdasarkan hadis di atas dan banyak lain yang seumpama, kita hanya dibolehkan membenci kemaksiatan pemimpin tersebut yang tidak menjalankan hukuman Qishash. Ia tidak bererti kebolehan untuk menarik ketaatan darinya secara keseluruhan.[5]


Kedua: Jangan mengikuti ciri-ciri syaitan.[6]
Hendaklah sedaya mungkin kita menjauhi ciri-ciri syaitan yang telah dikemukakan dalam Bab Ketiga seperti:

1. Jangan menguap. Jika tidak dapat menahannya, jangan mengeluarkan bunyi ketika menguap.
2. Jangan makan dan minum dengan tangan kiri. Apa jua perkakas yang digunakan untuk makan, hendaklah menggunakan tangan kanan.
3. Jangan membiarkan makanan tersisa, sama ada di pinggan atau yang terjatuh.
4. Jangan membazir. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, maksudnya: Sesungguhnya orang-orang yang membazir itu adalah saudara-saudara syaitan. [al-Isra’ 17:27] Membazir ialah melakukan perkara secara sia-sia tanpa mengira sama ada sedikit atau banyak.

Sebagai contoh, orang yang tidur sehingga lewat pagi telah membazir masanya sekali pun dia memiliki masa lapang pada keseluruhan hari tersebut. Orang yang menghisap rokok telah membazir wang dan kesihatannya sekali pun dia hanya menghisap sebatang dalam seminggu.

Orang yang melakukan pembaziran, dia adalah saudara syaitan. Ada pun alasan-alasan seperti tidur yang lebih pada hujung minggu hanyalah untuk merehatkan badan atau merokok itu menenangkan fikiran, mencegah sifat mengantuk dan meramaikan kawan, ia hanyalah alasan-alasan dari syaitan untuk memperindahkan perkara mungkar (Tipu Daya # 2).

5. Jangan minum secara berdiri.
6. Jangan tidur sepanjang malam sehingga matahari naik. Hendaklah bangun ketika azan untuk pergi bersolat Subuh berjamaah. Selepas itu disambung terus dengan aktiviti yang bermanfaat sehinggalah waktu siang kerana waktu pagi adalah waktu yang diberkati. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا.

Ya Allah! Berkatilah umat aku pada pagi hari.[7]

Setelah itu hendaklah tidur sebentar pada waktu siang kerana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpesan:
قِيْلُوْا، فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ لاَ تَقِيْلُ.

Tidurlah pada siang hari kerana sesungguhnya syaitan-syaitan tidak tidur pada siang hari.[8]

Kemudian bangun melakukan aktiviti yang bermanfaat hingga waktu Isya’. Ditegah daripada bersembang-sembang kosong selepas waktu Isya’. Abu Barzah radhiallahu 'anh menerangkan bahawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membenci tidur sebelum waktu Isya’ dan bersembang-sembang selepas waktu Isya’.[9]

Hendaklah tidur awal agar mudah membuka tiga simpulan syaitan yang menghalang kita dari bangun malam berqiamulail. Bahkan dengan terbukanya tiga simpulan tersebut, kita akan dapat memulakan hari esoknya dengan bersemangat, bermotivasi dan ceria. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda berkenaan tiga simpulan ini:

يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ مَكَانَهَا عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ.

فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ. فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ. فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقَدُهُ كُلُّهَا.

فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ.

Syaitan mengikat di atas kepala seseorang kalian yang tidur dengan tiga simpulan
dan menjadikan setiap simpulan pada tempat yang sepatutnya, lalu berkata:
“Bagi kamu malam yang panjang, tidurlah!”.

Apabila orang itu bangun dan mengingati Allah, terbukalah satu simpulan.
Apabila orang itu berwudhu’, terbukalah satu lagi simpulan.
Apabila orang itu bersolat, terbukalah semua simpulan.
Maka pada pagi harinya diri orang tersebut bersemangat lagi ceria.
Sedangkan jika tidak (yakni semua simpulan masih terikat kerana tidak bangun malam)
maka pada pagi harinya diri orang tersebut malas dan murung.[10]

7. Jangan memasuki rumah, menutup pintu rumah, makan, minum dan menutup bekas makanan serta minuman melainkan dengan membaca Basmalah.
8. Jangan melakukan sikap-sikap buruk seperti pemikiran yang sia-sia, melayan bisikan negatif, imaginasi yang buruk, malas, cemburu, marah, merungut, dengki, riya’, buruk sangka dan lain-lain.
9. Jangan menggunakan khidmat syaitan seperti berjumpa bomoh meminta ramalan, mencari barang hilang, meminta jampi-jampian dan menjatuhkan sihir kepada orang lain.
10. Jangan sengaja keluar rumah pada waktu senja.
11. Jangan membazir masa di pasar, pasaraya, pusat membeli belah, bursa saham dan tempat-tempat lain yang seumpama.

Ketiga: Jangan mengikuti tipu daya syaitan.[11] (Bab Keempat).
Hendaklah mengkaji secara teliti ketujuh-tujuh tipu daya syaitan dan menyemak sama ada ia memiliki kaitan dengan apa saja yang kita lakukan baik sebelum, semasa dan akan datang. Jika ia memiliki kaitan, segeralah menjauhkan diri darinya dan berilah amaran kepada orang lain.



Strategi # 4: Berjamaah.
Hendaklah kita berjamaah. Jamaah yang dimaksudkan bukanlah sesuatu parti, persatuan, pertubuhan atau organisasi, tetapi keseluruhan umat Islam sebagai satu jamaah. Hendaklah kita semua bersatu sebagai umat Islam. Tidak ada yang difikirkan, tidak ada yang diusahakan, tidak ada yang ditujukan kesetiaan, tidak ada yang diberikan pembelaan, tidak ada yang ditumpahkan perasaan cinta dan akrab melainkan sesama umat Islam seluruhnya.

Syaitan memiliki peranan yang utama dalam urusan berjamaah atau berpecah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

فَإِنَّ يَدَ اللهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ يَرْتَكِضُ.

Sesungguhnya tangan Allah bersama al-Jama‘ah dan sesungguhnya
syaitan berlari bersama orang yang memecah-belahkan al-Jama‘ah.[12]

عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ

وَهُوَ مِنْ لإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ مَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمْ الْجَمَاعَةَ.

Wajib ke atas kalian berjamaah. Berhati-hatilah dari perpecahan
kerana sesungguhnya syaitan bersama orang yang bersendirian (yakni berpecah)
dan menjauhi orang yang berdua (yakni berjamaah).
Sesiapa yang mengingini tempat di tengah-tengah syurga,
maka hendaklah dia sentiasa berjamaah.[13]

Seorang sahabat Nabi bernama Abu Tsa’labah al-Khusyani radhiallahu 'anh menceritakan bahawa pada satu masa, apabila orang ramai bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang berada dalam satu perjalanan singgah beristirehat, mereka berpecah-pecah menuju ke lembah-lembah dan lereng-lerang bukit. Melihat yang sedemikian, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ تَفَرُّقَكُمْ فِي هَذِهِ الشِّعَابِ وَالأَوْدِيَةِ إِنَّمَا ذَلِكُمْ مِنْ الشَّيْطَانِ.

Sesungguhnya berpecah-pecahnya kalian ke lembah-lembah dan lereng-lerang bukit
tidak lain adalah perbuatan syaitan.

Abu Tsa’labah al-Khusyani meneruskan bahawa setelah itu
tidaklah mereka singgah di satu tempat
melainkan yang satu bergabung dengan yang lain,
seolah-olah jika dibentangkan sehelai kain,
nescaya ia menutupi mereka semua.[14]

Berdasarkan hadis-hadis di atas, dapat kita ketahui bahawa syaitan benci kepada jamaah dan menyukai perpecahan. Ia akan sentiasa mencari jalan agar kita umat Islam sentiasa berpecah kepada pelbagai kumpulan dan aliran, kemudiannya saling bermusuhan serta ujub di antara satu sama lain. Bahkan syaitan juga akan mencari jalan agar ahli-ahli dalam satu kumpulan atau aliran saling berpecah, saling bermusuhan dan saling bermegah.

Oleh itu hendaklah kita sentiasa berjamaah dengan cara:

Pertama:
Menyedari bahawa berjamaah adalah salah satu asas terpenting agama. Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:

Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (agama Islam),
dan janganlah kamu bercerai-berai.
[‘Ali Imran 3:103]

Oleh itu janganlah asas ini diruntuhkan semata-mata kerana hal remeh atau kepentingan peribadi.


Kedua:
Menjauhi sikap buruk sangka dan sengaja mencari-cari kesalahan di antara sesama umat Islam. Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan
kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa;

Dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang;
dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain.
Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati?
(Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya.
(Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertaqwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani.
[al-Hujerat 49:12]

Seandainya berlaku salah faham atau terdengar berita yang kurang baik berkenaan sesama umat Islam, segeralah untuk mencari pencerahan (clarification) terhadapnya. Pada zaman ini kita memiliki pelbagai teknologi canggih seperti emel dan sistem pesanan ringkas (SMS) untuk melakukan pencerahan secara segera. Manfaatkanlah segala sarana yang ada, jangan dilengah kerana syaitan akan mencelah untuk membesarkan sesuatu yang sebenarnya kecil. Sila rujuk semula hadis pertama ketika mengupas Ciri syaitan # 15.

Jika tidak dapat melakukan pencerahan, maka hendaklah kita berbaik sangka kepadanya. ‘Umar al-Khaththab radhiallahu ‘anh berkata: Janganlah kamu berprasangka terhadap kalimat yang keluar dari saudara kamu yang beriman kecuali dengan prasangka yang baik selama kamu dapati kemungkinan untuk memahaminya dengan pemahaman yang baik.[15]

Seorang tokoh generasi awal Islam, Abu Qilabah (104H) rahimahullah berpesan: Apabila sampai kepada kamu berita tentang saudara kamu yang tidak menyenangkan, maka carilah untuk dia sesuatu alasan dengan kesungguhan usaha kamu. Dan jika tidak menemuinya, maka katakanlah kepada diri kamu: “Barangkali dia mempunyai alasan yang aku tidak mengetahuinya”.[16]


Ketiga:
Bersikap adil dalam menilai sesama muslim. Jangan mencari-cari kesalahannya atau membesar-besarkan sesuatu yang sebenarnya kecil. Jika ditemui sesuatu yang pada zahirnya kelihatan sebagai satu kesalahan, selidikilah ia. Ingat! Apabila Ahmad berkata Jamal salah, wujud empat kemungkinan:
Jamal memang salah.
Berlaku salah faham atau salah komunikasi antara Ahmad dan Jamal.
Ilmu Ahmad tidak meliputi ilmu Jamal.
Ahmad dengki kepada Jamal.
Lazimnya yang berlaku ialah kemungkinan dua, tiga dan empat. Oleh itu berlaku adillah kerana Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu semua sentiasa menjadi
orang-orang yang menegakkan keadilan kerana Allah,
lagi menerangkan kebenaran; dan jangan sekali-kali kebencian kamu
terhadap sesuatu kaum itu mendorong kamu kepada tidak melakukan keadilan.

Hendaklah kamu berlaku adil (kepada sesiapa jua)
kerana sikap adil itu lebih hampir kepada taqwa.
Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
dengan mendalam akan apa yang kamu lakukan.
[al-Maidah 5:08]


Keempat:
Menjauhi kedengkian, iaitu membenci sesuatu kebaikan yang ada pada saudaranya semuslim. Kedengkian adalah punca utama perpecahan sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala:

Dan tiadalah umat tiap-tiap Rasul berpecah belah
(dalam menjalankan agama Allah) melainkan setelah sampai kepada mereka
ajaran-ajaran yang memberi mereka mengetahui
(apa yang benar dan apa yang salah); berlakunya (perselisihan yang demikian)
semata-mata kerana dengki sesama sendiri.
[al-Syura 42:14]

Sebegitu besar peranan kedengkian sebagai faktor utama perpecahan sehingga Allah Subhanahu wa Ta'ala mengajar kita doa untuk membersihkan kedengkian tersebut:

Wahai Tuhan Kami! Ampunkanlah dosa kami
dan dosa saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam iman,
dan janganlah Engkau jadikan dalam hati perasaan dengki
dan dendam terhadap orang-orang yang beriman.
Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya Engkau Amat Melimpah Belas kasihan dan Rahmat.
[al-Hasyr 59:10]



Strategi # 5: Zikir.
Strategi yang kelima ialah zikir, iaitu mengingati Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan cara yang disyari‘atkannya. Terdapat tiga jenis zikir untuk kita melawan syaitan, iaitu:

Pertama: Basmalah.
Apabila kita hendak memulakan apa jua urusan, mulailah dengan menyebut Bismillahi Rahmani Rahim. Sebelum ini telah dikemukakan banyak hadis-hadis yang mengajar kita membaca Basmalah apabila mula melakukan sesuatu perkara. Walaubagaimana pun membaca Basmalah tidak terhad kepada urusan-urusan memasuki rumah dan mengunci pintu sahaja. Oleh kerana syaitan turut serta dalam apa jua urusan yang kita buat, maka dengan itu kita mendahului semuanya dengan Basmalah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَحْضُرُ أَحَدَكُمْ عِنْدَ كُلِّ شَيْءٍ مِنْ شَأْنِهِ...

Sesungguhnya syaitan hadir di sisi seseorang kalian pada setiap sesuatu yang kalian lakukan…[17]

Basmalah juga disebut dalam pertengahan sesuatu urusan, khasnya apabila urusan tersebut tidak berlaku seperti mana yang kita hendaki. Janganlah menyebut “Cis!”, “Celaka!”, “Damn it!” atau apa-apa perkataan sumpahan yang lain, sebaliknya sebutlah Bismillahi Rahmani Rahim. Salah seorang sahabat Nabi menceritakan bahawa dia pernah membonceng di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Tiba-tiba haiwan tersebut tergelincir lalu dia bersumpah: “Celakalah syaitan!”

Mendengar yang sedemikian, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menegur:

لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ

حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولُ بِقُوَّتِي وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ

فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ.

Janganlah menyebut “Celakalah syaitan!” kerana apabila engkau mengatakannya,
syaitan akan membesar sehingga sebesar rumah dan berkata
“Demi kekuatanku!” Sebaliknya sebutlah “Bismillah!”
kerana apabila engkau mengatakannya syaitan akan mengecil
sehingga sekecil lalat.[18]


Kedua: Isti‘azah.
Isti‘azah ialah menyebut A‘uzubillahi minash syaitan nirrajim, yang bermaksud “Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang direjam”. Apabila saja kita merasai dihasut, dibisik atau diganggu oleh syaitan, maka sebutlah Isti‘azah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Dan jika engkau dihasut oleh sesuatu hasutan dari syaitan,
maka mintalah perlindungan kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mendengar,
lagi Maha Mengetahui.
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa,
apabila mereka disentuh oleh sesuatu imbasan hasutan dari syaitan,
mereka ingat (kepada Allah)
maka dengan itu mereka nampak (jalan yang benar).
[al-A’raaf 7:200-201][19]


Ketiga: Ayat dan surah tertentu dari al-Qur’an.
Basmalah dibaca sebelum sesuatu urusan, Isti‘azah dibaca apabila merasai gangguan syaitan ketika melakukan sesuatu urusan, maka zikir yang ketiga ialah melazimkan diri membaca beberapa ayat dan surah yang tertentu. Ayat dan surah yang dimaksudkan ialah:

Ayatul Kursi.
Ini merujuk kepada ayat 255 surah al-Baqarah. Hadis-hadis berkenaan keutamaan dan kemujaraban ayat ini untuk menghalau syaitan dan lain-lain makhluk ghaib boleh dirujuk dalam Tafsir Ibn Katsir, tafsir kepada ayat 255 surah al-Baqarah. Ayatul Kursi ialah:

Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang Tetap hidup, Yang Kekal selama-lamanya mentadbirkan (sekalian makhluk-Nya).
Yang tidak mengantuk usahkan tidur.
Yang memiliki segala yang ada di langit dan yang ada di bumi.
Tiada sesiapa yang dapat memberi syafaat (pertolongan) di sisi-Nya
melainkan dengan izin-Nya.

Yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka,
sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah
melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu kepadanya).
Luasnya Kursi Allah meliputi langit dan bumi;
dan tiadalah menjadi keberatan kepada Allah menjaga
serta memelihara keduanya.
Dan Dia-lah Yang Maha Tinggi, lagi Maha Besar.
[al-Baqarah 2:255]


Surah al-Baqarah.
Surah al-Baqarah ialah surah yang kedua di dalam al-Qur’an. Berkenaan surah ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ.

Janganlah menjadikan rumah kalian seperti kawasan perkuburan.
Sesungguhnya syaitan akan lari dari rumah
yang dibacakan di dalamnya surah al-Baqarah.[20]


Surah al-Mu‘awwizatain.
Ini merujuk kepada dua surah terakhir di dalam al-Qur’an. Ia adalah pelindung kepada pelbagai jenis gangguan tanpa terhad kepada gangguan syaitan sahaja. Ia juga adalah pelindung dan penyembuh dari kerasukan dan sihir. Hadis-hadis berkenaan keutamaan dan kemujaraban surah al-Mu‘awwizatain boleh dirujuk dalam Tafsir Ibn Katsir, sebelum permulaan tafsir surah al-Falaq. Surah al-Mu‘awwizatain ialah:

Katakanlah: “Aku berlindung kepada (Allah)
Tuhan yang menciptakan sekalian makhluk,
dari bencana makhluk-makhluk yang Dia ciptakan,
dan dari bahaya gelap apabila ia masuk,
dan dari kejahatan makhluk-makhluk yang menghembus-hembus
pada simpulan-simpulan,
dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia melakukan dengkinya.”
[al-Falaq 113:1-5]

Katakanlah: “Aku berlindung kepada (Allah)
Pemulihara sekalian manusia,
yang menguasai sekalian manusia,
Tuhan yang berhak disembah oleh sekalian manusia,
dari kejahatan pembisik penghasut yang timbul tenggelam,
yang melemparkan bisikan dan hasutannya ke dalam hati manusia,
(iaitu pembisik dan penghasut) dari kalangan jin dan manusia.”
[al-Nas 114:1-6]

Demikian tiga jenis zikir untuk melawan syaitan. Sebutlah ia, bacalah ia dengan penuh keyakinan dan penghayatan. Jangan dengan keraguan dan kelalaian. Ingin ditambah bahawa tiga jenis zikir di atas adalah umum untuk semua jenis gangguan syaitan dalam semua suasana. Sebagai tambahan terdapat beberapa zikir yang khusus diajar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk kes-kes tertentu seperti memasuki tandas, keluar rumah untuk sesuatu perjalanan, apabila memasuki rumah yang kosong dan sebagainya.

Jika para pembaca memiliki kemampuan, amat dianjurkan untuk menghafal dan mengamalkan zikir-zikir tersebut. Walaubagaimana pun jika tidak mampu atau telah menghafal tetapi lupa, memadai membaca tiga zikir di atas yang umum untuk semua suasana. Terdapat banyak buku yang mengemukakan zikir-zikir untuk suasana yang khusus. Mana-mana buku yang menerangkan sumber hadis dan darjat bagi setiap zikir dapat dijadikan rujukan.




[1] Hasan: Dikeluarkan oleh al-Tirmizi dan dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan al-Tirmizi, hadis no: 2396 (Kitab al-Zuhud, Bab berkenaan sabar terhadap bala’).
[2] Ini merupakan ringkasan dari Bab Kedua.
[3] Lebih lanjut tentang hukuman Qishash dan lain-lain bentuk hukuman jenayah dalam Islam, rujuk risalah saya Berkenalan Dengan Ciri-Ciri Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah Dalam Hukuman Jenayah yang dimuatkan dalam buku Himpunan Risalah Dalam Beberapa Persoalan Ummah (Buku 6) terbitan Jahabersa, Johor Bahru.
[4] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 1855-2 (Kitab al-Imarah, Bab para imam yang baik dan buruk).
[5] Lebih lanjut berkenaan hukum politik Islam di sisi Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah, sila rujuk buku saya Marilah Berkenalan Dengan Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah terbitan Jahabersa, Johor Bahru.
[6] Ini merupakan ringkasan dari Bab Ketiga.
[7] Sahih: Dikeluarkan oleh Abu Daud dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud, hadis no: 2606 (Kitab al-Jihad, Bab berangkat pada waktu pagi).
[8] Sanad Hasan: Dikeluarkan oleh Abu Nu‘aim dan sanadnya dinilai hasan oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits al-Shahihah, hadis no: 1647.
[9] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 568 (Kitab Mawaqit al-Solat, Bab berkenaan dibenci tidur sebelum Isya’).
[10] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3269 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[11] Ini merupakan ringkasan dari Bab Keempat.
[12] Sahih: Dikeluarkan oleh Ibn Hibban dan dinilai sahih oleh Syu‘aib al-Arna’uth dalam semakannya ke atas Shahih Ibn Hibban, hadis no: 4577 (Kitab al-Siyar, Bab mentaati para imam).
[13] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Tirmizi dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan al-Tirmizi, hadis no: 2165 (Kitab al-Fitan, Bab berkenaan sentiasa berjamaah).
[14] Sahih: Dikeluarkan oleh Abu Daud dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud, hadis no: 2628 (Kitab al-Jihad, Bab perintah agar para pejuang sentiasa berkumpul).
Lebih lanjut tentang hukum jamaah-jamaah yang ada di dunia Islam masa kini termasuk di Malaysia, rujuk risalah saya Perkara Ke-12 Yang Mencemari Kemurnian Tauhid: Menjadikan Jamaah Sendiri Sebagai Agama yang dimuatkan dalam buku saya Himpunan Risalah Dalam Beberapa Persoalan Ummah (Buku 5) terbitan Jahabersa, Johor Bahru.
[15] Disebut oleh Ibn Kathir dalam Tafsir al-Qur‘an al-‘Adzim, jld. 4, ms. 193, (tafsir bagi ayat 49:12).
[16] Dikeluarkan oleh Abu Nu‘aim dalam Hilyah al-Auliya’, no: 2411 (Tabaqat Ahl al-Madinah: ‘Abd Allah bin Zaid al-Jarami).
[17] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2033-4 (Kitab al-Asyrabah, Bab disukai menjilat jari).
[18] Sahih: Dikeluarkan oleh Abu Daud dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud, hadis no: 4982 (Kitab al-Adab, Bab selepas bab Larangan berkata “Celakalah diriku!”).
[19] Bagi bacaan Basmalah dan Isti‘azah, terdapat perbincangan di kalangan para ilmuan, adakah hanya dibaca Bismillah atau dilanjutkan kepada Bismillahi Rahmani Rahim. Demikian juga, adakah hanya dibaca A‘uzubillahi minas syaitan atau dilanjutkan kepada A‘uzubillahi minas syaitan nirrajim. Setakat ini saya tidak menemui hujah yang cukup kuat untuk menguatkan salah satu dari keduanya. Maka saya membiarkannya terbuka. Wallahu ‘Alam.
[20] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 780 (Kitab Solat al-Musafirin…, Bab disukai melaksanakan solat sunat di rumah…).